Denpasar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat ekspor Bali dengan tujuan Australia mengalami penurunan hingga 66,76 persen pada April 2020 dan didominasi turunnya ekspor produk pakaian jadi bukan rajutan.
"Penurunan yang sama juga terjadi pada kinerja ekspor Bali dengan tujuan luar negeri turun hingga 40,33 persen pada April 2020 dengan nilai ekspor 26.350.478 dolar AS, jika dibandingkan nilai ekspor bulan Maret 2020 yaitu sebesar 44.160.861 dolar AS,"kata Kepala BPS Provinsi Bali, Adi Nugroho dalam konferensi pers secara virtual di Denpasar, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa jika dibandingkan pada Maret 2020 ke bulan April 2020 tercatat tiga negara lainnya juga mengalami penurunan ekspor yaitu tujuan Amerika Serikat sebesar 32,05 persen, Jepang 33,44 persen dan Tiongkok 31,50 persen.
Baca juga: BPS catat ekspor Bali ke Australia turun 66,76 persen
Selanjutnya, untuk jenis komoditas yang diekspor di antaranya produk ikan dan udang tercatat sebagai komoditas ekspor terbesar Provinsi Bali di bulan April 2020, dengan nilai sebesar 20,17 persen. Sedangkan penurunan terdalam terjadi pada komoditas produk pakaian jadi bukan rajutan 62,34 persen.
Tujuh komoditas lainnya yang juga mengalami penurunan yaitu ikan dan udang, perhiasan atau permata, kayu atau barang dari kayu, perabot dan penerangan rumah, barang-barang rajutan dan jerami atau bahan anyaman.
"Kondisi berbeda ditunjukkan oleh ekspor produk kapas berupa kain tenun yang naik hingga ratusan persen yaitu 142,97 persen dan dominan diekspor ke Amerika Serikat, serta produk kertas atau karton berupa kertas linting rokok yang naik setinggi 30,79 persen dan utamanya diekspor ke Amerika Serikat,"jelas Adi.
Baca juga: BPS: Jumlah kedatangan wisman pada Maret 2020 turun tajam
Sementara itu, untuk nilai impor barang Provinsi Bali dari luar negeri di bulan April 2020 tercatat sebesar US$ 5.429.030, dan turun sedalam 59,67 persen jika dibandingkan catatan bulan Maret 2020 tercatat sebesar US$ 13.461.649.
"Impor dari negara Tiongkok turun paling dalam sebesar 74,45 persen, yang disebabkan oleh turunnya impor produk mesin dan peralatan listrik serta produk barang-barang dari kulit,"katanya.
Selanjutnya, jika dilihat perbandingan dari bulan Maret ke bulan April 2020 untuk jenis komoditas juga mengalami penurunan paling dalam pada produk berbahan dasar dari kulit sebesar 83,88 persen. Kemudian, penurunan juga terjadi pada produk mesin dan peralatan listrik, mesin dan perlengkapan mekanik, barang dari plastik, lonceng, arloji dan bagiannya serta barang dari kaca.
Kondisi berbeda terjadi pada impor produk perangkat optik yang justru meningkat paling tinggi hingga 49,66 persen.