Denpasar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyampaikan sejumlah komoditas tanaman hortikultura masuk dalam jajaran penyumbang inflasi provinsi sepanjang Oktober 2024.
“Pada Oktober kami mencatat terjadi kenaikan harga beberapa komoditas hasil hortikultura di beberapa wilayah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan,” kata Plt Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan di Denpasar, Jumat.
Kenaikan harga komoditas tanaman hortikultura akhirnya berimbas pada angka inflasi, BPS Bali melihat jajaran hasil hortikultura masuk dalam lima besar penyumbang inflasi.
Secara bulan ke bulan Provinsi Bali pada Oktober 2024 mengalami inflasi sebesar 0,07 persen, dengan lima komoditas yang memberikan andil terbesar adalah kopi bubuk dengan andil 0,04 persen, kemudian tanaman buncis 0,03 persen, tomat 0,03 persen, cabai rawit 0,03 persen, dan sawi hijau 0,02 persen.
“Ini sejalan dengan fenomena yang kami sampaikan tadi, terjadi kenaikan dari beberapa produk hortikultura,” ujar Kadek Agus.
Baca juga: BPS: Canang sari penyumbang tertinggi inflasi di Bali
Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluarannya, penyumbang inflasi Oktober 2024 yang sebesar 0,07 persen itu adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,43 persen; disusul kelompok penyediaan makanan, minuman, restoran dengan inflasi 0,11 persen; dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan inflasi 0,07 persen.
Selain mencatat inflasi bulan ke bulan, BPS Bali juga menggali inflasi tahun ke tahun yang angkanya 2,51 persen dengan andil tertinggi yang menyebabkan inflasi adalah komoditas beras dengan andil 0,28 persen, diikuti kopi bubuk 0,17 persen, babi 0,15 persen, sigaret kretek 0,12 persen, dan minyak goreng 0,12 persen.
Pada inflasi tahun ke tahun, Kadek Agus tidak menemukan pengaruh signifikan tanaman hortikultura.
Jika dibedah berdasarkan kabupaten/kota yang merupakan cakupan pencatatan inflasi yaitu Kota Denpasar, Singaraja, Tabanan, dan Badung, BPS Bali menemukan inflasi bulanan tertinggi terjadi di Singaraja dengan 0,21 persen dan Tabanan dan Badung justru deflasi.