Jakarta (ANTARA) - Presiden FIA Jean Todt mengatakan bahwa ajang Formula 1 menghadapi realita baru dan harus memangkas biaya untuk memastikan diri mereka tetap utuh setelah melewati krisis kesehatan global imbas penyebaran virus corona.
Tujuh balapan yang ada di kalender tahun ini telah tertunda, sedangkan dua lainnya; Melbourne dan Monako, dibatalkan. Grand Prix berikutnya di Prancis pada 28 Juni masih belum terkena imbasnya.
"Saya yakin jika banyak tim, pemasok, pabrikan, mereka mungkin harus meninjau ulang program mereka," kata Todt kepada Motorsport seperti dikutip Reuters, Kamis. "Mereka mungkin terpaksa berhenti.
Baca juga: QNET Menjadi Sponsor Pavan Ravishankar Pembalap Formula Renault Asia
"Saya tak ingin terlalu yakin, tapi saya harap beberapa pemilik tim atau sponsor akan menjaga motivasi mereka. Itulah kenapa kami harus memastikan kami tak mematahkan semangat mereka.
Di harian L'Equipe pada Kamis, Todt juga mengatakan bahwa federasi otomotif internasional itu tak akan terburu-buru melanjutkan musim balapan tahun ini karena tak ingin membahayakan siapa pun.
"Kami hanya akan melanjutkannya jika kami memiliki jaminan jika risiko kontaminasinya nol."
Baca juga: Leclerc bawa Ferrari juara seri kedua balap virtual F1
Selain itu, Todt, menggaris bawahi bahwa filosofi dunia motorsport harus berubah dan masa di tengah pandemi ini bisa menjadi titik awal.
Sementara tim kompetitor telah sepakat menurunkan bujet maksimal pada 2021 dari 175 juta menjadi 150 juta dolar AS, L'Equipe melaporkan bahwa FIA akan menekan lebih jauh lagi hingga turun ke angka 125 juta atau 100 juta.
"Kami akan harus memiliki tekad karena ada yang melawan usulan yang penting bagi keberlangsungan olah raga ini," kata Todt.
Sebelumnya, managing director F1 Ross Brawn mempertimbangkan opsi untuk menggelar balapan, kemungkinan di sejumlah sirkuit di Eropa saja, tanpa penonton dengan jumlah seri yang berkurang jika kondisi memungkinkan.
Keselamatan dan perjalanan para kru dan tim menjadi masalah utama di saat lebih memungkinkan menggelar balapan di daratan Eropa kendati sebagian besar benua itu sedang berada dalam status lockdown di mana pergerakan manusia dibatasi sebagai upaya meredam pandemi.