Denpasar (ANTARA) - Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan kasus ratusan babi yang mati mendadak di Pulau Dewata, sampai saat ini belum positif karena terkena demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).
"Sampai dengan saat ini, mengenai kematian babi karena virus ASF itu masih suspect belum positif," kata Dewa Indra di sela-sela menghadiri acara "Kampanye Jangan Takut Makan Daging Babi, Daging Babi Aman Dikonsumsi", di Kantor Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, di Denpasar, Jumat.
Sekda mengemukakan bahwa Balai Besar Veteriner Denpasar memang sudah melakukan uji laboratorium, namun belum bisa dipastikan hasilnya, sehingga akhirnya dikirim ke Balai Besar Veteriner di Medan yang sudah memiliki pengalaman untuk mengidentifikasi virus ASF.
"Jadi isu virus ASF yang ramai di media itu baru suspect (diduga-red). Namun demikian, karena sudah menimbulkan kematian babi dalam jumlah yang signifikan, tentu harus kita waspadai," ucapnya.
Menurut Dewa Indra, untuk menyatakan penyebab kematian 888 babi karena positif ASF atau tidak, haruslah sebelumnya melalui uji laboratorium.
"Untuk menyatakan positif atau tidak harus ada uji lab. Meskipun ada demam, diare dan muntahnya, tetapi banyak penyakit sejenis yang kerap menyerang babi dengan gejalanya sama," ucapnya.
Sampel sudah dikirim ke Balai Besar Veteriner Medan, tetapi untuk hasilnya belum keluar hingga saat ini. "Tentu kami minta dipercepat, tetapi sesungguhnya yang jauh lebih penting itu bukan menunggu positif atau tidak," ujarnya.
Dewa Indra menambahkan, yang perlu dilakukan adalah upaya pengendalian dengan mengedukasi masyarakat supaya memberi pakan yang sehat kepada babi peliharaan. "Karena kita tahu, para peternak sering membeli dari bekas-bekas sisa makan warung, restoran dan pesawat. Itu tidak masalah, yang penting dimasak sampai mendidih," ujarnya.
Selain itu, kandang babi juga harus dijaga kebersihannya dan disemprotkan desinfektan. "Berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian, dalam beberapa hari ini sudah tidak ada lagi babi yang mati karena terkena virus," ucapnya.
Hal senada disampaikan Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian drh Fadjar Sumping Tjatur R yang mengatakan bahwa sampel babi yang mati dari Bali masih dalam proses pengujian.
"Tetapi sudah ada kemungkinan, 'suspect' itu bisa hasilnya iya (positif) atau tidak (negatif)," ujarnya.
Berapa lama proses pengujiannya, Fadjar menyebut tergantung dari sampelnya karena ada sampel mudah diuji dan ada yang tidak.
"Kemudian setelah dapat hasilnya positif atau negatif dikonfirmasi ulang lagi untuk memastikan. Nanti akan dibahas, apakah hasil pembacaan diagnosanya betul-betul positif ataukah tidak dan itu memerlukan waktu," ucapnya.
Sementara itu, sambil dilakukan pengujian dan konfirmasi diagnosa, yang terpenting adalah melakukan berbagai upaya lapangan agar wabah tidak terus meluas melalui bio security. "Jangan sibuk ngurusin hasil diagnosa, terus di lapangan dibiarkan pada mati," katanya sembari mengatakan pihaknya sedang berupaya membuat vaksin untuk melindungi babi dari ASF.
Fadjar mengatakan pada daerah-daerah di Sumatera Utara yang melalukan biosecurity secara ketat, terbukti aman-aman saja dan tidak sampai terjangkit virus ASF.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan dalam waktu 10 hari terakhir ini kasus kematian babi sudah nol.
"Hal ini menunjukkan bahwa upaya pengendalian yang dilakukan cukup berhasil. Namun ini jangan membuat kita lengah, upaya penyemprotan kandang dengan desinfektan harus diintensifkan," ucapnya.
Kampanye daging aman dikonsumsi itu melibatkan pegawai Pemprov Bali dan sejumlah undangan, seperti PHDI, akademisi, Gabungan Usaha Peternak Babi dan sebagainya.
Kampanye ditandai dengan pemotongan babi guling oleh Sekda Bali Dewa Indra yang dilanjutkan dengan makan bersama babi guling dan berbagai hidangan olahan daging babi.
Sekda Bali: banyak babi mati belum pasti akibat demam ASF
Jumat, 7 Februari 2020 16:18 WIB