Bangli, Bali (ANTARA) - Bupati Bangli I Made Gianyar mengungkapkan data stunting yang dikumpulkan dari sejumlah puskesmas di 13 desa pada kabupaten setempat mencatat 143 anak terkena kekerdilan/stunting.
“Fenomena kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk seusianya (stunting) sangat berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas sehingga dampak kedepannya menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan,” kata Bupati dalam siaran pers Diskominfo Bangli yang diterima, Jumat.
Ia mengatakan hal itu saat menerima kunjungan Sekretaris Ditjen PPMD Kementerian Desa Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi Rosyidah Rachmawati dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (Oase).
Anggota "Oase" yang hadir diantaranya istri Menteri Koperasi dan UKM Bintang Puspayoga, Isteri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Riri Sandjojo, isteri Menteri Perhubungan Endang Budi Karya, isteri Kepala Staf Kepresidenan Koes Moeldoko, isteri Menteri Pertahanan Nora Ryamizard Ryacudu, isteri Sekjen Kementerian Kesehatan Dedet Primadi, dan isteri Menteri Ketenagakerjaan Marifah Hanif.
"Untuk pencegahan stunting, saya telah meminta OPD terkait untuk mengambil peran dalam upaya penanggulangan stunting melalui pemahaman terhadap orang tua balita tentang pentingnya pemberian asupan gizi berimbang," kata Bupati.
Menurut dia, tidak hanya orang miskin saja balitanya terancam stunting karena kurang gizi akibat kemampuan ekonomi yang terbatas , namun keluarga dengan ekonomi yang mapan pun balitanya juga bisa stunting karena kurang paham tentang asupan gizi yang sehat untuk balitanya” ujar Made Gianyar.
Terkait stunting yang ada di Kabupaten Bangli, Bupati menjelaskan saat ini upaya pencegahan stunting difokuskan pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) yaitu sejak mulai masa kehamilan sampai balita berusia dua tahun.
“Dengan tidak mengesampingkan faktor lain seperti inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif, keberadaan jamban-jamban keluarga dan air bersih, pemberian imunisasi dasar lengkap, ventilasi rumah yang baik serta pola hidup bersih dan sehat (PHBS),” tambah dia.
Sebagai orang nomor satu di kabupaten Bangli, Ia berharap Bangli bebas dari masalah stunting. ”Mari kita bersama – sama memerangi masalah stunting sesuai tupoksinya masing – masing , kenali dan pahami lingkungan sekitar , pahami dari hamil dan asupan untuk anak balita, sehingga tercipta generasi penerus yang berkualitas dan bisa bersaing diera globalisasi,” ajaknya.
Baca juga: Pemprov Bali lakukan penilaian kinerja pemkab turunkan "stunting" balita
Rosyidah Rachmawati, Sekretaris Ditjen PPMD Kementerian Desa Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmgrasi mengatakan permasalahan stunting selama ini masih dipandang seputar realitas kondisi kesehatan akibat dari kekurangan gizi, sehingga selama ini masih didominasi oleh Lembaga dan penyedia layanan dibidang kesehatan.
Padahal, lanjut dia untuk menurunkan angka stunting penting dilakukan dengan pendekatan multi sektor melalui singkronisasi program program nasional , lokal dan masyarakat ditingkat pusat maupun daerah yang disebut dengan “konvergensi/integrasi”.
Dengan ditetapkan pencegahan stunting sebagai salah satu prioritas nasional , maka masyarakat desa dan pemerintah desa harus disiapkan untuk mampu memastikan terjadinya konvergensi pencegahan stunting.
Baca juga: Cegah stunting, Kementerian Kominfo adakan "GenBest" di Gianyar
Rosyidah berharap singkronisasi peran serta masyarakat desa sangatlah penting untuk tujuan dari sosialisasi ini. Dari sosialisasi ini masyarakat dapat meningkatkan pemahaman , menguatkan komitmen , kesiapan masyarakat dan pemerintah desa dalam mengawal efektivitas penurunan stunting di desa.
Hadir pula dalam kegiatan tersebut Ketua DPRD Kab. Bangli I Wayan Diar, Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Kab. Bangli Sariasih sedana Arta dan Ketua Darma Wanita kab. Bangli Suardani Giri Putra.
Sebagai peserta dalam sosialisasi kali ini perwakilan organisasi perangkat daerah, perbekel, guru paud , kader posyandu dan perangkat desa se- Kabupaten Bangli.
Baca juga: Gianyar cegah "stunting" secara konvergensi