Keterangan pers dari Humas Pemkab Buleleng yang diterima, Minggu, menyebutkan narapidana dari Singaraja menerima SK remisi langsung dari Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana yang didampingi Kepala LP Kelas II B Singaraja Risman Somantri saat upacara peringatan HUT RI di LP setempat (17/8).
Saat membacakan sambutan Menteri Hukum dan HAM RI dalam upacara pemberian remisi terhadap narapidana di Lapas Kelas IIB Singaraja, Bupati Buleleng mengatakan kemerdekaan menjadi milik segenap lapisan masyarakat, khusunya para warga binaan pemasyarakatan.
"Oleh karena itu, pada Hari Kemerdekaan, pemerintah memberikan apresiasi berupa pengurangan masa pengurangan tahanan bagi narapidana telah menunjukan prestasi dedikasi dan disiplin tinggi dalam mengikuti program pembinaan serta telah memenuhi syarat di tentukan," katanya.
Sementara itu Somantri mengatakan para narapidana itu menerima remisi dengan jumlah yang berbeda-beda, minimal 1 bulan dan maksimal 6 bulan.
Remisi Tabanan
Di Lapas II B Tabanan, perayaan Hari Kemerdekaan RI juga ditandai dengan penyerahan remisi kepada 101 narapidana. Remisi diserahkan langsung Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, dalam upacara pemberian remisi, di Lapangan Kantor LP II B Tabanan (17/8).
Dalam kesempatan itu, Sanjaya juga membacakan sambutan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly. Selanjutnya, Sanjaya dan undangan upacara juga memberikan selamat kepada para narapidana yang mendapatkan remisi. Remisi yang diterima rata-rata 1 tahun hingga 5 bulan dari masa tahanan. Sanjaya juga memberikan penghargaan Satyalencana Karya Satya kepada PNS yang telah bekerja dengan setia.
Di Buleleng, Pemkab Buleleng juga memeriahkan HUT ke-74 RI dengan Pameran Pembangunan, Hiburan Rakyat dan Pasar Malam di Lapangan Bhuana Patra Singaraja pada 14-27 Agustus 2019 yang dimeriahkan dengan penampilan kesenian tradisional dan modern dan 45 anjungan dari peserta pameran yang berasal dari 17 SKPD dan 28 peserta dari unsur BUMN, BUMD, Swasta, dan UMKM.
"Kami juga mengadakan Deklarasi Buleleng bebas Hoax dan Mai Kuangin Sampah Plastik ditandai dengan penyematan PIN oleh Wabup Sutjidra kepada perwakilan dari SMP Negeri 1 Singaraja, perwakilan SMA Negeri 1 Singaraja dan perwakilan dari mahasiswa Undiksha Singaraja," kata Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kabupaten Buleleng, Dr Ketut Suweca.
Selain itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dan Wakil Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra juga memimpin parade rias pengantin pada rangkain upacara peringatan detik-detik Proklamasi HUT ke-74 Republik Indonesia di Lapangan Ngurah Rai, Singaraja (17/8).
Parade Rias Pengantin
Pada rangkaian upacara itu, Bupati dan Wakil Bupati serta seluruh kepala SKPD memakai pakaian payas nganten (rias pengantin) dengan tingkatan ningrat atau payas agung. Dalam payasan itu, Bupati dan Wakil Bupati bersama semua pejabat menggunakan kain songket Buleleng. Seluruh pejabat itu menghadiri upacara peringatan detik-detik proklamasi bersama pasangan masing-masing.
Bupati Agus Suradnyana dan Wakil Bupati Nyoman Sutjidra masing-masing bersama ibu tampak berbalut payas ningrat Buleleng. Beberapa Kepala SKPD, bahkan terlihat malu-malu dan canggung saat memasuki tribun kehormatan bersama pasangan dengan pakaian pengantin.
"Ide menggunakan payas nganten khas Buleleng saat upacara peringatan proklamasi ini, karena melihat Presiden Jokowi pernah menggunakan pakaian penganten khas Bali saat melakukan kunjungan beberapa waktu. Saya merasa bangga karena dalam balutan pakaian penganten yang digunakan oleh Presiden Jokowi kala itu memakai kain Songket Buleleng, tepatnya berasal dari Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng," katanya.
Ia menjelaskan, penggunaan busana rias pengantin khas Buleleng ini bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan dan ciri khas yang dimiliki Kabupaten Buleleng khususnya busana songket. Selain itu juga untuk melestarikan busana pengantin khas Buleleng agar nantinya tetap digunakan untuk upacara pernikahan karena rias pengantin ini merupakan kearifan lokal jadi bisa digunakan oleh umat lain karena kain ini bukan punya umat Hindu.
"Umat lain selain umat hindu boleh menggunakan rias pengantin ini karena ini merupakan adat khas Buleleng bukan adat umat Hindu," ujarnya, didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang datang dengan dokar lengkap dengan pasukan dan tabuh Bleganjur pengiring. Kedatangan Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng inipun menjadi perhatian awak media dan rekan sejawatnya yang sudah terlebih dahulu duduk di tribun kehormatan.
