Tabanan (Antaranews Bali) - Generasi milenial menggandrungi keindahan panorama alam yang masih asri di Bali, yakni Taman Wisata Bunga Matahari "Belayu Florist" di Banjar Batannyuh, Belayu, Kabupaten Tabanan, setelah lokasi tujuan wisata (destinasi) itu viral di media sosial.
"Dari sekian banyak para wisatawan yang datang, sebagian besar adalah kaum generasi milenial, karena 'Belayu Florist' sudah viral di medsos. Mereka penasaran akan hamparan sawah seluas 60 hektare yang dikelilingi bunga matahari," kata pengelola Belayu Florist, Wayan Dika, di Tabanan, Senin.
Terletak di dekat "jantung kota" Kabupaten Tabanan, Taman "Belayu Florist" yang baru berdiri pada bulan Juli 2018 mulai dikenal oleh masyarakat Bali dan bahkan di luar Bali pun mulai mengenal lokasi tujuan (destinasi) wisata itu.
"Para pengunjung menghabiskan waktu rata-rata hampir dua jam berkeliling kebun, mereka melakukan swafoto (selfie) dengan latar belakang bunga matahari yang sedang mekar. Di sini memang banyak 'spot selfie' bagi para pengunjung," katanya.
Awalnya, ia mengaku hobi menanam bunga, kemudian tempat ini menjadi viral karena diposting di media sosial, sehingga berdampak positif dengan datangnya generasi milenial hingga sekarang, terutama saat musim libur Natal yang jumlah kunjungannya naik drastis.
"Berkat postingan di medsos itulah, tempat wisata ini mulai dipadati sejumlah wisatawan lokal dan daerah di luar Bali. Biasanya, jumlah kunjungan perharinya mencapai 100 pengunjung, namun pada libur Natal ini hingga 500 pengunjung perharinya. Harga tiket masuk Rp5.000," katanya.
Hal itu diakui Citra, wisatawan lokal. Ia mengharapkan dengan adanya lokasi tujuan wisata baru ini bisa menjadi salah satu tempat favorit di Tabanan dan menambah daya tarik bagi kabupaten Tabanan sendiri.
"Tempat foto yang menarik dengan latar belakang bunga matahari sangat disukai kaum milineal, termasuk saya, tempat seperti inilah yang kami suka, selain pantai dan wisata lainnya. Dengan swafoto, kami juga tak lupa untuk 'uppload' ke media sosial masing-masing agar semua orang tahu bahwa ada destibasi wisata yang menarik untuk generasi muda di Tabanan," katanya.
Namun, selang 20 hari kemudian, ternyata banyak bunga matahari yang mati. "Agak kecewa juga. Saya kira perlu pengelolaan yang lebih serius, karena jumlah bunganya kurang banyak dan bunga yang ada juga sudah banyak yang mati," ujar warga Ubung, Denpasar, Tini, yang berkunjung ke taman itu bersama keluarganya, Sabtu (21/1).
Baca juga: Tabanan tambah wahana "tracking" wisata hamparan sawah Jatiluwih (video)
Baca juga: Bajak sawah jadi atraksi baru di Subak Jatiluwih-Tabanan (video)
Edelweiss dan Alas Kedaton
Objek wisata "taman bunga" yang mirip juga ada di Kabupaten Karangasem yakni Taman "Edelweiss" yang terletak di Banjar Dinas Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Kini, objek itu juga sangat "instagramable" sehingga banyak dikunjungi wisatawan.
"Bunganya bukan Edelweiss, tapi mirip sehingga disebut Taman Bunga Edelweiss. Ada papan di Taman Edelweiss itu yang menyebut bunga itu Bunga Kasna yang terhampar luas tak begitu jauh dari Pura Besakih," kata warga Bedugul, Baturiti, Tabanan, Ny Suni'ah, yang telah mengunjungi taman itu.
Baca juga: "Taman Edelweiss" Karangasem perlu penataan infrastruktur
Baca juga: 2.000 ekor kera huni objek wisata Alas Kedaton (video)
Namun, realitas yang agak bertentangan terjadi di Objek Wisata Pura "Alas Kedaton" di Desa Kukuh Kabupaten Tabanan, Bali, yang dihuni ribuan kera dan kelelawar, namun keramaian wisatawan ke "bekas hutan" yang dipakai orang "Kerajaan Majapahit" di Bali itu sudah tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.
"Sejak dua tahun terakhir, wisatawan ke sini memang agak sepi. Dulu, saya menjadi pemandu itu bisa empat kali sehari bersama 300-an teman, tapi sekarang kami harus bergilir empat hari sekali. Ramainya cuma menjelang Tahun Baru, tapi juga hanya semingguan," kata pemandu wisata di Alas Kedaton yang enggan disebut namanya, disela-sela mendampingi turis berkeliling Alas Kedaton.
Hal itu diakui pedagang cendera mata di Alas Kedaton, Santoso. "Ya, sepi, barang dagangan saya dulu bisa habis dalam 2-3 sekali, tapi sekarang sampai dua minggu belum habis, bahkan beberapa tempat berdagang di sini sudah tutup," katanya.
Hubungan akrab antara manusia dengan binatang juga terlihat pada objek wisata hutan kera di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali, Indonesia. Objek wisata hutan kera di Desa Sangeh yang memiliki ribuan ekor kera itu luasnya mencapai 10 hektare.
"Di sini ada sekitar 600 kera abu ekor panjang (Macaca fascicularis), tapi turis juga sudah jarang mampir untuk berbelanja, karena setelah berwisata langsung pergi. Semoga, kami mendapat perhatian pemerintah lagi," kata seorang pedagang cendera mata setempat, Bu Wayan. (ed)
Video oleh Pande Yudha