Badung, Bali (Antaranews Bali) - Penyelenggaraan Legian Beach Festival yang ke-11 tahun 2018, diharapkan dapat mensinergikan sektor pariwisata di kawasan Legian Kabupaten Badung, Bali, dengan pelestarian seni, adat dan budaya setempat.
"Perhelatan Legian Beach Festival 2018 merupakan bentuk kesadaran masyarakat Legian untuk menjaga eksistensi pariwisata dan juga sekaligus melesatrikan seni budaya tradisional yang kami miliki," ujar Bendesa Adat Legian, IGN Sudiarsa, di Legian, Jumat.
Ia menjelaskan, sektor pariwisata yang selama ini telah terbukti dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat Legian, terus dikembangkan salah satunya dalam bentuk promosi pariwisata melalui penyelenggaran LBF 2018.
"Saya harapkan nantinya Legian Beach Festival akan tetap eksis dan senantiasa dilaksanakan rutin dan berkesinambungan, walaupun dengan kondisi apapun," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Badung, I Ketit Suiasa mengaku, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan LBF bukan karena pertimbangan dari sektor kepariwisataan saja, tapi juga katena kegiatan tersebut mampu menggali, melestarikan, mengawal dan mengembangkan potensi seni, budaya mayarakat yang dikemas menjadi suatu pertunjukan yang menarik.
"LBF telah mampu memberikan ruang, waktu dan kesempatan kepada masyarakatnya, untuk bisa tampil dan mengembangkan dirinya. Festival ini merupakan sinergi antara kebutuhan pariwisata dengan penggalian potensi, seni masyarakat yang berbasis adat budaya dan ekonomi masyarakat," katanya.
Ia mengatakan, sehebat apapun potensi yang dimiliki masyarakat, jika itu tidak diberikan ruang dan waktu, maka semangat dan motivasi masyarakat akan menurun yang mengakibatkan potensi itu tidak akan bisa eksis.
"Kesempatan ini sebenarnya sekaligus merupakan proteksi bagi masyarakat, agar bisa tumbuh dan berkembang menunjukan eksistensinya. Ini penting kami dorong secara terus menerus. Kedepannya, kami harap LBF ini bisa terus dilaksanakan secara berkesinambungan," ujarnya.
Wabup Suiasa menjelaskan, pihaknya juga sangat mengapresiasi masyarakat setempat karena LBF 2018 terlaksana tanpa bantuan pemerintah melalui APBD. Namun menurutnya, hal itu tidak membuat semangat masyarakat surut dan dapat kembali menyelenggarakan LBF.
"Itu menunjukkan bahwa masyarakat Legian memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan pencapaian tujuan pembangunan di sektor pariwisata. Festival ini adalah bentuk promosi yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tapi juga oleh masyarakat sendiri. Namun, kedepannya kami akan siapkan dan akan coba ikut berperanserta dalam penganggarannya," katanya.
Ia menambahkan, Pemerintah Kabupaten Badung juga senantiasa siap berkolaborasi dengan masyarakat, dalam upaya menggali potensi dan menumbuhkembangkan potensi masyarakat, baik dibidang seni, budaya, tradisi dan ekonomi kreatif.
"Pemkab Badung juga akan selalu memberikan ruang dan waktu kepada masyarakat, untuk mengembangkan dirinya kepada publik. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya festival yang ada di Badung, yang dilaksanakan dengan konsep semesta berencana yaitu berperan bersama," kata Suiasa.
Menurutnya, Pemkab Badung juga berkomitmen untuk menetapkan ikon dan menjadikan motto pariwisata di Badung dan Bali adalah pariwisata Budaya yang berbasiskan masyarakat atau "community base tourism".
"Karena itulah kami senantiasa melibatkan masyarakat. Dalam artian masyarakat yang berpromosi dan pemerintah sebagai mediator, fasilitator dan regulator. Sedangkan pemerintah memberikan ruang seluas luasnya bagi masyarakat," ujarnya.
LBF sinergikan pariwisata dengan seni budaya
Jumat, 9 November 2018 18:04 WIB