Jakarta (Antaranews) - Ketua Panitia Nasional Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, pihaknya terus meningkatkan persiapan destinasi wisata bagi delegasi Pertemuan IMF-Bank Dunia yang berlangsung Oktober 2018.
Persiapan destinasi wisata itu termasuk dengan merehabilitasi wilayah di kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat yang terkena dampak gempa pada Juli 2018.
"Sekarang, turis-turis sudah pada mulai datang lagi ke Lombok. Maka itu, kami bikin kegiatan-kegiatan yang menarik turis lagi ke sana," kata Luhut yang juga Menteri Koordinator Kemaritiman di Jakarta, Kamis.
Luhut meminta semua pihak untuk membantu persiapan pertemuan terbesar bagi seluruh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di dunia itu. Dia berseloroh pemerintah sudah mengambil langkah tepat untuk tidak mengubah status gempa di Lombok menjadi bencana nasional.
"Makanya saya bilang, jangan 'nyinyir'. Bilang suruh bencana nasional. Tim saya baru balik bilang, untung tidak dibikin bencana nasional," kata Luhut.
Menurut Luhut, jika pemerintah menetapkan status gempa di Lombok sebagai bencana nasional, negara-negara lain akan mengeluarkan peringatan perjalanan (travel warning) bagi warganya yang ingin ke Indonesia.
Bila itu terjadi, sektor pariwisata termasuk Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali pada Oktober 2018 akan terpengaruh.
"Kalau ada peringatan perjalanan, pasti asuransi juga tidak mau proteksi. Makanya kami bikin kegiatan-kegiatan yang menarik turis lagi ke sana," ujarnya.
Keyakinan pemerintah untuk tetap menyelenggarakan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali, salah satunya didasarkan kajian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Meski Bali berpotensi terkena dampak jika terjadi gempa lagi di Lombok, Luhut mengatakan kajian BMKG menyebutkan lokasi pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia tetap aman.
"Dari BMKG, dijelaskan struktur lempeng itu bagaimana. Ternyata itu berhenti di ujungnya Lombok, jadi tidak akan ke Bali. Itu yang bikin IMF-World Bank sangat nyaman," ujar Luhut.
Indonesia pada Pertemuan Tahunan IMF-WB 8-14 Oktober 2018 di Bali, akan mengangkat lima isu utama yakni pertama, penguatan Sistem Moneter Internasional (International Monetary System/IMS).
Kedua, Perkembangan dan risiko ekonomi digital. Ketiga, kebutuhan negara berkembang untuk memenuhi pembiayaan pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Keempat, penguatan aspek ekonomi dan keuangan syariah, serta kelima, kebijakan sektor fiskal, yaitu urbanisasi, ekonomi digital, human capital, manajemen risiko bencana, perubahan iklim, dan pembiayaan infrastruktur. (WDY)