Negara (Antaranews Bali) - Polres Jembrana, Minggu, melakukan simulasi pengamanan pilihan kepala daerah Bali, yang diskenariokan terjadi kerusuhan hingga satu orang pendemo tertembak.
Simulasi dimulai dari ketidakpuasan saat pemungutan suara, dimana sejumlah pemilih protes karena tidak diberikan izin mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana karena beberapa persoalan.
Joko, salah seorang pemilih sempat diamankan petugas keamanan TPS, karena ngotot ingin segera menggunakan hak pilihnya, sementara panitia pemungutan suara minta dia menunggu sampai jam 12.00 wita, karena namanya tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), meskipun memiliki KTP Elektronik.
Ia sempat bersitegang dengan petugas keamanan di TPS, sebelum memutuskan untuk golput karena harus segera kembali ke Denpasar untuk bekerja.
Skenario perselisihan di TPS ini, disusul dengan ditetapkannya beberapa orang yang menggunakan kendaraan milik pemerintah untuk memobilisasi massa saat kampanye, yang memicu kerusuhan lebih besar lagi.
Keputusan penetapan tersangka oleh Tim Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu) serta ketidakpuasan atas hasil penghitungan suara dari pendukung calon yang kalah, membuat suasana mencekam karena mereka mendatangi Kantor KPU Jembrana melakukan unjuk rasa.
Ratusan massa ini berusaha masuk ke ruangan KPU yang sedang melakukan rapat pleno, mereka juga meneriakkan tuntutan agar lembaga penyelenggara pemilu tersebut dibubarkan.
Anggota pengendali massa (Dalmas) dari Polsek Negara yang berusaha menghalangi massa kewalahan, membuat Satuan Dalmas Polres Jembrana turut membantu menahan massa yang makin beringas.
Bentrok antara polisi yang dipimpin Kapolres Jembrana dan massa tidak bisa dihindari, sehingga aparat keamanan menembakkan water kanon, bahkan tembakan dari senapan menyebabkan satu orang terluka dan dilarikan ke rumah sakit.
Selama aksi unjuk rasa yang berakhir rusuh tersebut, polisi menyebar personil dari satuan intelejen dan reserse kriminal di kerumunan massa, dan berhasil mengidentifikasi serta menangkap provokator unjuk rasa rusuh tersebut.
"Selama tahapan Pilgub Bali, kami mengerahkan 700 hingga 900 personil untuk menjaga keamanan. Simulasi dilakukan, agar anggota benar-benar siap menghadapi situasi terburuk saat bertugas," kata Kapolres Jembrana Ajun Komisaris Besar Priyanto Priyo Hutomo, saat simulasi di GOR Krsna Jvara.
Meskipun dalam skenario ada satu orang tertembak, ia mengatakan, saat mengendalikan massa pihaknya hanya menggunakan water kanon, gas air mata serta peluru karet.
Menurutnya, saat hasil pengawasan yang dilakukan Bawaslu menemukan pelanggaran, serta oleh Tim Penegahan Hukum Terpadu dianggap tindak pidana, pihaknya siap melakukan proses hukum terhadap pelaku.
Simulasi ini juga dihadiri Bupati I Putu Artha, Komandan Kodim 1617 Jembrana Letnan Kolonel Kavaleri Djefri Marsono Hanok, pimpinan DPRD, unsur kejaksaan serta sejumlah pimpinan partai politik. (*)
Polres Jembrana simulasi Pilkada Bali rusuh
Minggu, 7 Januari 2018 16:55 WIB