Denpasar (Antara Bali) - Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) membantu 60 burung jalak bali (Leocopsar rothschildi) atau 30 pasang kepada 12 kelompok penangkaran untuk dikembangbiakkan oleh masyarakat Desa Sumberkelampok, yang wilayahnya berbatasan dengan Taman Nasional Bali Barat (NTBB).
Burung tersebut hasil pengembangbiakan yang didatangkan dari Klaten, Jawa Tengah dan Bogor, Jawa Barat, diserahkan Ketua (APCB) Tony Sumampouw kepada Gubernur Bali Made Mangku Pastika untuk diteruskan kepada masyarakat yang akan mengembangbiakkan jenis burung langka tersebut di desa setempat, 90 km barat daya Denpasar, Kamis.
Penyerahan bibit burung jalak bali kepada 12 kelompok itu juga disertai izin penangkaran oleh Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam Taming Sitorus dan difasilitasi Kegiatan tersebut diprakarsai oleh Manajemen Bali Safari & Marine Park serta serta Asosiasi Pencinta Curik Bali.
Gubernur Mangku Pastika di hadapan ratusan masyarakat setempat, menyambut baik usaha penangkaran burung jalak bali yang dilakukan masyarakat sekitar kawasan TNBB sebagai wujud komitmen dalam melestarikan alam lingkungan menuju keharmonisan kehidupan sosial.
Upaya tersebut diharapkan mampu meningkatkan kepedulian seluruh masyarakat terhadap berbagai upaya pelestarian alam, khususnya satwa langka yang dilindungi.
Burung jalak Bali merupakan salah satu satwa yang dilindungi sebagai salah satu warisan alam (plasma nutfah) Pulau Bali. Ironisnya, populasi Curik Bali semakin berkurang akibat kualitas habitatnya yang menurun, serta ulah manusia yang memburu satwa untuk diperjualbelikan secara ilegal.
Populasi jalak Bali di alam bebas dihabitatnya Taman Nasional Bali Barat diperkirakan 39 ekor dan hasil penangkaran di kawasan itu sebanyak 145 ekor.
Hal itu tidak boleh dibiarkan terus berlanjut, namun harus diantisipasi melalui berbagai upaya penyelamatan agar jalak bali tidak punah.
"Dengan demikian 'Si jambul indah yang bersuara merdu itu' bisa disaksikan oleh anak cucu kita di masa-masa mendatang," harap Gubernur Pastika.
Jalak Bali sebagai maskot atau "jimatnya" Pulau Dewata, jika sampai langka musnah, sama dengan orang yang kehilangan "jimatnya" sehingga menjadi bingung dan kehilangan arah.
Oleh sebab itu perlu peran serta, dukungan dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat dalam upaya penyelamatan, pelestarian dan pengembangan Curik Bali.
Namun yang paling penting, menurut Gubernur Pastika, masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Bali Barat harus diberdayakan untuk ikut aktif menjaga dan mengembangkan populasi Curik Bali serta mencegah adanya perburuan secara ilegal.
Selain itu, program pengendalian penyakit hewan menular khususnya penyakit avian influenza (Flu Burung) juga harus terus dimantapkan. Karena sampai saat ini Bali masih dinyatakan sebagai daerah endemis Flu Burung, walaupun dalam tahun-tahun terakhir kasusnya sudah terkendali.
"Saya mengajak seluruh masyarakat Bali, khususnya peternak burung Curik Bali untuk tetap waspada melalui pola pemeliharaan yang benar," ujar Gubernur Pastika.
Ia mengharapkan program penangkaran burung jalak Bali mampu memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat Bali, khususnya penduduk di sekitar Taman Nasional Bali Barat.
Gubernur Pastika sebelumnya juga melepaskan dua ekor Jalak Bali ke alam bebas sebagai tanda kepedulian terhadap keberadaan satwa langka ini.
Pelepasan Jalak Bali ke alam bebas juga merupakan bagian dari upaya untuk melindungi, menyelamatkan, dan mengembangkan burung yang sangat menawan ini.(*)
APCB Bantu 60 Jalak Bali Hasil Penangkaran
Kamis, 2 Juni 2011 16:43 WIB