Denpasar (Antara Bali) - Subsektor hortikultura (NTP-H) dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) Bali andilnya sebesar 98,96 persen pada bulan September 2017, merosot 0,36 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 99,31 persen.
"Kondisi itu menunjukkan bahwa tanaman pangan nilainya di bawah 100 persen sehingga harga yang diterima belum mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi petani," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, selasa.
Ia mengatakan, indeks harga yang diterima petani (lt) turun sebesar 0,78 persen, sementara indeks yang dibayar petani (lb) turun sebesar 0,42 persen.
Menurunnya indeks harga yang diterima petani akibat merosotnya harga pada kelompok sayur mayur dan buah-buahan.
Beberapa harga komoditas hortiukultura yang mengalami penurunan antara lain pisang, bawang merah, tomat, wortel, cabai rawit dan semangka.
Adi Nugroho menjelaskan, menurunnya indeks yang dibayar petani (lb) akibat merosotnya indeks harga barang konsumsi rumah tangga petani sebesar 0,63 persen, meskipun ada kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,20 persen.
Sedangkan subsektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak perannya dalam membentuk NTP juga menurun sebesar 0,07 persen dari 114,55 persen pada Agustus 2017 menjadi 114,47 persen pada bulan September 2017.
Penurunan tersebut akibat merosotnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,30 persen serta indeks harga yang dibayar turun lebih kecil, yakni 0,23 persen. Merosotnya indeks harga yang diterima petani dipengaruhi oleh menurunnya harga pada kelompok ternak besar dan unggas masing-masing sebesar 0,89 persen dan 1,29 persen.
Adi Nugroho menambahkan, indeks harga kelompok ternak kecil dan hasil ternak mengalami peningkatan masing-masing 0,88 persen dan 1,97 persen.
Harga komoditas peternakan yang tercatat menurun antara lain sapi potong, ayam ras pedaging dan kambing. Pada sisi lain menurunnya indeks harga yang dibayar dipengaruhi oleh merosotnya indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi petani sebesar 0,63 persen meskipun biaya produksi dan penambahan barang modal naik 0,18 persen.
Adi Nugroho menambahkan, subsektor hortikultura dan peternakan merupakan dua subsektor dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Kelima subsektor itu terdiri atas tiga subsektor mengalami kenaikan dan dua subsektor mengalami penurunan yakni hortikultura dan peternakan.
Sedangkan tiga subsektor lainnya yang mengalami kenaikan terdiri atas tanaman pangan 1,78 persen, subsektor perikanan 0,50 persen dan subsektor perkebunan 1,01 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)