Denpasar (Antara Bali) - Bali mengekspor ikan dan udang senilai 8,87 juta dolar AS selama Agustus 2017 atau meningkat 410.270 dolar AS (4,85 persen) dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 8,46 juta dolar AS.
"Hasil pengapalan ikan dan udang tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya merosot hingga 1,15 juta dolar AS atau 11,48 persen, karena pada Agustus 2016 menghasilkan devisa sebesar 10,02 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan ekspor ikan dan udang tersebut mampu memberikan kontribusi 20,60 persen dari total ekspor Bali 43,07 juta dolar AS, meningkat 4,77 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 41,11 juta dolar AS.
Pasaran Amerika Serikat menyerap paling banyak pengapalan ikan dan udang dari Bali yang mencapai 37,48 persen, menyusul Jepang 18,76 persen, China 12,24 persen, dan Taiwan 8,87 persen.
Selain itu, pasar Australia 4,29 persen, Singapura 1,41 persen, Jerman 1,89 persen, Belanda 0,54 persen, Prancis 1,76 persen, dan sisanya 7,03 persen ke berbagai negara lainnya di belahan dunia.
Adi Nugroho menambahkan ikan dan udang merupakan salah satu dari lima komoditas utama ekspor Bali yang memberikan andil terbesar, yakni 20,60persen, menyusul produk perhiasan (permata) 15 persen, dan produk pakaian jadi bukan rajutan 12,09 persen.
Selain itu, produk kayu dan berbagai jenis cenderamata dari bahan baku kayu 10,92 persen serta produk perabot dan penerangan rumah 8,65 persen.
Ekspor ikan dan udang yang cukup besar itu memberikan dampak positif terhadap subsektor perikanan dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) yang mengalami kenaikan 0,50 persen dari 106,48 pada Agustus 2017 menjadi 107,01 persen pada September 2017.
Indeks harga dari hasil produksi yang diterima petani mengalami penurunan 0,30 persen, namun dengan adanya kemerosotan yang lebih besar dari indeks harga yang dibayarkan petani (lb) 0,80 persen menyebabkan NTP subsektor perikanan meningkat.
Menurunnya indeks harga yang diterima (lt) disebabkan oleh merosotnya harga komoditas perikanan pada perikanan tangkap 0,10 persen dan perikanan budi daya 0,80 persen.(WDY)