Denpasar (ANTARA) - Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Denpasar menyebutkan ekspor komoditas ikan hidup dari Bali menjadi primadona pasar ASEAN, karena didukung kualitas dan aksesibilitas penerbangan langsung.
“Sehingga ikan dalam kondisi sehat, segar dan cepat diterima negara tujuan,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BKIPM Denpasar Anwar, di Denpasar, Senin.
Ia menjelaskan komoditas ikan hidup yang banyak diserap negara di kawasan Asia Tenggara, di antaranya ikan nener atau benih bandeng dan benih kerapu.
Berdasarkan data lalu lintas perikanan ekspor BKIPM Denpasar pada 2022, nilai ekspor ikan nener mencapai Rp76,9 miliar atau naik 69,2 persen jika dibandingkan 2021 mencapai Rp45,5 miliar.
Adapun jumlah ikan nener yang diekspor mencapai sekitar 4,26 miliar ekor, naik 22 persen dibandingkan pada 2021 yang mencapai sekitar 3,5 miliar ekor.
Sedangkan pada semester 1-2023, nilai ekspor ikan nener mencapai Rp34,2 miliar atau turun dari periode sama 2022 mencapai Rp56,4 miliar dengan jumlah ikan nener sekitar 2,34 miliar ekor atau turun dibandingkan periode sama 2,82 miliar ekor.
Dia menjelaskan penurunan tersebut, karena pengaruh pandemi COVID-19 yakni permintaan importir menumpuk sejak awal 2020 sehingga baru signifikan dilakukan saat terjadi pelonggaran lalu lintas penerbangan pada 2022.
Dari sisi jumlah, Filipina menguasai penyerapan ikan nener dari Bali pada semester 1-2023 mencapai 2,14 miliar ekor dengan nilai ekspor Rp32 miliar, selain itu ada juga Singapura mencapai 32,8 juta ekor dengan nilai ekspor mendekati Rp500 juta.
Anwar menambahkan pengembangbiakan ikan nener di terbesar di Tanah Air berada di pesisir Desa Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.
“Alam di perairan Gerokgak itu mendukung, kalau di tempat lain belum ada yang berhasil seperti di Bali,” katanya pula.
Berdasarkan kajian Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015 menjelaskan produksi nener di Buleleng, Bali dari penetasan (hatchery) skala besar dan skala kecil dengan total produksi hingga sekitar 12 juta ekor nener per hari.
Adapun total produksi dari Bali diperkirakan mencapai 4,32 miliar per tahun dari total produksi nasional mencapai 4,7 miliar ekor.
Selain benih ikan bandeng, BKIPM Denpasar mencatat ekspor ikan hidup yakni benih ikan kerapu dari Bali juga laku keras di sejumlah negara di ASEAN, di antaranya Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
Total nilai ekspor benih kerapu selama semeter 1-2023 mencapai Rp5,53 miliar dengan jumlah mencapai tiga juta ekor.
Dari jumlah itu, Vietnam menyerap 1,32 juta ekor dengan nilai Rp3 miliar, Thailand menyerap 620 ribu ekor dengan nilai Rp1,23 miliar, dan Malaysia menyerap 542 ribu ekor dengan nilai Rp955,7 juta.
“Saya optimis terus meningkat karena permintaan masih tinggi, masyarakat masih melaksanakan usahanya dan alam yang mendukung sehingga tetap berproduksi,” ujar Anwar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKIPM: Komoditas ikan hidup dari Bali jadi primadona pasar ASEAN
Baca juga: BKIPM Denpasar inisiasi efisiensi birokrasi untuk genjot ekspor ikan di Bali
Baca juga: BKIPM Denpasar latih pengusaha mampu tahu ikan kakap-kerapu