Cikeas (Antara Bali) - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjelaskan
hasil pertemuannya melalui konferensi pers bersama di Pendopo Puri
Cikeas, Bogor, Kamis malam.
"Saya mulai dari pertemuan kami pada malam hari ini sebenarnya
bukan lah sesuatu yang sangat luar biasa. Barang kali yang jadi luar
biasa mungkin pertemuan terjadi setelah pada tanggal 20 Juli 2017 lalu
dalam rapat paripurna DPR RI, Gerindra, Demokrat, PAN dan PKS berada
dalam satu kubu yang tidak disetujui dikukuhkannya RUU Pemilu," ujar
SBY.
SBY mengatakan pasca-disahkannya UU Pemilu, ada keinginan dari
kader Gerindra dan Demokrat agar SBY dan Prabowo bertemu. SBY mengaku
menyambut baik hal tersebut hingga akhirnya pertemuan terjadi.
"Saya pastikan kami bertemu dengan niat dan tujuan yang baik.
Mudah-mudahan rakyat mengetahui dan negara juga mendengarkannya," kata
SBY.
Inti dari segala hal yang didiskusikan, kata SBY, Demokrat bersama
Gerindra bersepakat untuk terus mengawal negara ini dalam kapasitas dan
posisi yang ada saat ini, agar perjalanan bangsa mengarah pada arah yang
benar yakni untuk kepentingan rakyat.
Menurut SBY bentuk pengawalan yang dapat dilakukan yakni mendukung
kebijakan negara apabila sesuai keinginan rakyat, dan mengkritisinya
manakala melukai dan menciderai rakyat.
SBY menyampaikan Demokrat dan Gerindra sepakat bekerja sama. Kerja
sama tersebut menurutnya, tidak perlu dalam sebuah hal yang dinamakan
koalisi, yang terpenting terus menjalin komunikasi dengan baik.
"Kerja sama ini mencakup wilayah politik, dan juga gerakan moral," jelas SBY.
SBY menekankan Demokrat dan Gerindra akan melakukan segala
aktivitas pengawalan yang bertumpu pada nilai-nilai demokrasi dan tidak
akan pernah merusak negara.
"Saya perlu sampaikan, sudah hampir sebulan saya puasa bicara di
depan pers, meskipun saya tetap mengikuti apa yang terjadi di negara
ini. Dan malam ini saya kembali bertemu teman-teman pers saya harus
katakan power must not go uncheck, artinya kita, kami, harus memastikan
bahwa penggunaan kekuasaan oleh para pemegang kekuasaan tidak melampaui
batas," kata SBY.
Sementara itu Prabowo Subianto mengatakan pertemuan dirinya dengan SBY dalam suasana yang prihatin.
Prabowo menekankan, Gerindra dan Demokrat berpandangan saat ini
telah terjadi cara-cara yang tidak sehat atau menyakiti kemampuan
berpikir rakyat Indonesia yang mencemaskan.
"Terlihat sikap Demokrat, Gerindra, PAN, PKS itu satu dalam masalah UU Pemilu yang baru saja disahkan," ujar Prabowo.
Prabowo menekankan Gerindra tidak ikut bertanggung jawab atas UU Pemilu tersebut.
"Karena kita tidak mau ditertawakan sejarah. Kekuasaan silakan mau
berkuasa 5,10, 50 tahun, tapi diujungnya sejarah menilai. Gerindra tidak
mau ikut hal yang melawan logika. Presidential Threshold 20 persen
lelucon politik yang menipu rakyat, saya tidak mau terlibat," kata
Prabowo.
Menurut Prabowo, lahir dari kecemasan tersebut, Gerindra dan Demokrat khawatir demokrasi akan rusak.
"Karena itu sesuai apa yang disampaikan bapak SBY, kita wajib
mengawal, mengingatkan, mengimbau. Demokrasi butuh semangat patuh pada
logika, semangat patuh pada rules of the game dan harus adil dan tidak
memaksakan kehendak dengan segala cara," kata Prabowo.
Prabowo sependapat dengan SBY, bahwa setiap kekuasaan harus diimbangi dan diawasi.
"Mudah-mudahan kita bisa melakukan ini terus. Siapapun undang kami,
kami siap melakukan dialog dan bertukar pandangan," jelas Prabowo. (WDY)
SBY dan Prabowo Jelaskan Hasil Pertemuan di Cikeas
Jumat, 28 Juli 2017 8:12 WIB