"Garapan yang kami bawakan ini juga mengacu pada tema Pesta Kesenian Bali ke-39, yakni Ulun Danu, Melestarikan Air Sumber Kehidupan," kata Koordinator Sekaa Bondres Ketekung Buntut Ida Bagus Sulinggih di sela pementasan tersebut.
Kelompok seni dari kabupaten paling barat Pulau Bali itu membawakan garapan berjudul "Ulah Ngalih Aluh" yang dibawakan oleh tujuh pelawak dengan diiringi gamelan dan Paguyuban Seniman Muda Jembrana (Seni Sana Sini).
"Memang di daerah kami belum sampai ada krisis air. Oleh karena itu, lewat pementasan ini juga mengarah ke situ. Mudah-mudahan dari pesan pelawak ini bisa ikut menyadarkan masyarakat dan pemerintah daerah ikut memelihara sumber air," ucapnya.
Menurut Bagus Sulinggih, jika air sudah dijaga dengan baik, akan dapat dinikmati hingga anak cucu dengan baik pula.
Dalam garapan yang kental dengan lawakan segar itu, dikisahkan pemain bernama Gek Ayu Lilis mulai bingung dengan keadaan bisnisnya yang kian memburuk, karyawannya mulai menuntut gaji yang tak kunjung dibayar.
Ia memutuskan untuk membuka usaha baru, yakni perusahaan air mineral demi memperbaiki keadaan ekonominya yang mulai memburuk.
Diketahui ternyata di Desa Yeh Mekecir terdapat sumber air (kelebutan) yang berada di tanah warisan keluarga I Soglo. Selanjutnya, Gek Ayu Lilis mengutus ketiga anak buahnya, yaitu Genyol, Bongoh, dan Lonjang untuk mencari sumber air tersebut.
Usaha Gek Lilis untuk membuka usaha baru perusahaan air mineral akhirnya tidak terwujud karena pemilik tanah tempat ditemukannya sumber air itu bersikukuh mempertahankan dan tidak setuju pendirian perusahaan air mineral tersebut.
"Untuk penampilan ini, proses latihannya sekitar 3 bulan. Karena ini sekaa bondres, pesan-pesan moral yang kami bawakan diselipkan dalam berbagai lawakan," ucap Bagus Sulinggih. (WDY)
Video oleh Ni Luh Rhismawati