Jakarta (Antara Bali) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan merasa heran jika biaya produksi lifting gas dalam negeri lebih mahal dibandingkan luar negeri.
"Saya orang yang tidak bisa mengerti kalau biaya produksi naik tapi
hasilnya turun. Sama sekali tidak paham," kata Ignasius Jonan ketika
menjadi pembicara di Forum Gas Nasional di salah satu hotel Jakarta,
Rabu.
Ia meminta semua proses produksi harus lebih efisien, apapun modelnya. "Mau gross split atau mau cost recovery tapi efisiensi dari waktu ke waktu harus sungguh-sungguh," katanya.
Jonan juga telah menjelaskan hal tersebut kepada Presiden, namun
menurutnya Presiden juga tidak memahami hal tersebut. Ia mengimbau untuk
dapat menciptakan produk dalam negeri yang berkualitas.
Dengan kata lain, jika harganya tinggi maka tingkat kualitas dan kuantitas gas juga harus berbanding sama.
"Bisnis ini harus dilakukan dengan cara orang dewasa, jangan seperti
membuat prakarya, di mana biaya produksinya mahal namun dijualnya
justru lebih murah. Tidak ada bisnis model yang seperti itu," kata
Jonan.
Jonan juga membandingkan cara menghitung biaya produksi migas di
negara maju dan Indonesia. Mantan menteri perhubungan tersebut melihat,
jika di negara yang lebih maju, sekitar 70 persen dari nilai karyawan
masuk dalam hitungan variabel.
Dan hal itu tidak dapat dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu banyak Fixed Cost
yang tidak bisa dikurangi. Kemudian ia mengingatkan, jika memang tidak
bisa dikurangi maka jangan sampai produksinya justru turun.
"Saya sudah bilang ke SKK Migas tentang hal ini, tapi masih tetap
tidak mengerti, kalau kelamaan ya tinggal saya diganti atau Anda
(pejabat SKK Migas) yang diganti. Jadi intinya saya minta tingkatkan
kualitas dan efisiensi," kata Jonan. (WDY)
Menteri Jonan Heran Biaya Produksi Gas Dalam Negeri Mahal
Rabu, 3 Mei 2017 14:13 WIB