Denpasar (Antara Bali) - Pembokaran bangunan peninggalan zaman Belanda yang berada di kompleks bekas Pelabuhan Buleleng, Bali, dilakukan karena kondisinya sudah rapuh sehingga dikhawatirkan akan membahayakan masyarakat setempat.
Kabag Humas dan Protokol Pemkab Buleleng Made Juniadi melalui surat elektronik kepada ANTARA Di Denpasar, Rabu mengatakan, bangunan tersebut memiliki hak guna bangunan (HGB) dan pada saat ini izinnya telah habis.
"Secara konstruksi bangunan itu sudah rapuh sehingga atas inisiatif pemilik bangunan tersebut dilakukan pembongkaran," kata dia.
Langkah tersebut, lanjut dia, dilakukan oleh pemilik bangunan, bukan semata-mata pembongkaran oleh pemkab.
Juniadi menjelaskan Pemkab Buleleng secara berkelanjutan telah melakukan penataan terhadap bekas Pelabuhan Buleleng dengan mempertahankan atau merehabilitasi bangunan sejarah.
Antara lain jembatan bundar, klenteng dan gedung Pelni. Di samping itu juga membuat asesoris seperti "heritage" sepanjang pelabuhan, tugu pahlawan dan restoran terapung.
"Penataan Pelabuhan Buleleng tersebut juga akan menyasar areal bekas HGB tersebut," ujarnya.
Dengan demikian, kata dia, keberadaan lahan dan bangunan yang dibongkar tersebut sudah sangat jelas, bahwa lahan tersebut adalah milik pemerintah.
Sebelumnya, Wakil Bupati Buleleng Arga Pynatih mengatakan, pembongkaran bangunan tua di bekas Pelabuhan Buleleng itu, nantinya lahannya akan digunakan gedung konvensi bertaraf internasional.
"Bangunan tua di kawasan pelabuhan itu sudah bongkar dan diratakan secara bertahap, sehingga pembangunan gedung konvensi bisa segera dimulai," katanya.
Pihaknya bisa segera mulai membangun gedung konvensi. Demikian pula tiga bangunan lagi yang merupakan wakap, juga akan diserahkan ke pemkab.
Menurut Arga Pynatih, bangunan yang dibongkar itu kondisinya sudah rapuh dan di dalamnya ditumbuhi semak belukar serta pepohonan, sehingga kondisinya justru membahayakan jika tidak cepat dibongkar.
Di kawasan tersebut direncanakan dibangun Singaraja Convention Center (SCC) dengan biaya dari APBD senilai Rp3,2 miliar, yang ditargetkan rampung awal November mendatang.
Pembangunan gedung tersebut sebagai salah satu langkah menyukseskan pelaksanaan festival topeng dunia yang digelar International Mask Arts and Culture Organization (IMACO) pada November 2011.(*)