Denpasar (Antara Bali) - Harga cabai yang meningkat hingga mencapai Rp130.000 per kilogram menjadi salah satu pemicu inflasi di Kota Singaraja, ibu kota Kabupaten Buleleng, Bali utara, hingga sebesar 0,79 persen dalam bulan Februari 2017.
"Komoditas lain juga mengalami kenaikan harga seperti sate kambing, tarif listrik, mobil, sepeda motor, gula pasir, wortel, kecambah, beras, rokok keretek filter, kopi bubuk, kentang, buncis dan apel," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho, di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, mi kering instan, bawang merah, teri segar, ketimun, bayam, kacang panjang, pisang, cumi-cumi, televisi berwarna dan sawi hijau.
Inflasi Kota Singaraja 0,79 persen terjadi dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 138,60. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Februari 2017) sebesar 2,59 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun, yakni Februari 2017 terhadap Februari 2016 sebesar 6,48 persen.
Adi Nugroho menambahkan, inflasi tersebut ditandai dengan meningkatnya indeks pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,21 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,81 persen dan kelompok bahan makanan sebesar 1 persen.
Selain itu, kelompok sandang sebesar 0,43 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,36 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen.
Satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi adalah pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,04 persen.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran tercatat 62 kota diantaranya mengalami inflasi dan 20 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado 1,16 persen dan terendah di Ternate sebesar 0,03 persen.
Untuk deflasi tertinggi terjadi di Jambi sebesar 1,40 persen dan terendah di Bungo sebesar 0,02 persen. "Jika diurut dari inflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-8 setelah Kota Madiun," ujar Adi Nugroho. (WDY)