Denpasar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menyebut angkutan udara menjadi komoditas utama penyumbang inflasi gabungan Kota Denpasar dan Singaraja tertinggi pada bulan Juni 2023 bertepatan dengan momentum Idul Adha.
Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani mengatakan komoditas tersebut berpengaruh lantaran adanya surat keputusan bersama tiga menteri mengenai libur Idul Adha dimulai dari 28 Juni 2023.
“Sehingga banyak orang pulang untuk hari raya atau liburan dan sebagainya, sehingga lima komoditas yang menahan deflasi atau menyumbang inflasi pertama angkutan udara,” kata dia di Denpasar, Senin.
Pada bulan Juni 2023, angkutan udara memiliki andil 0,036 persen (mtm) penyumbang inflasi untuk gabungan Denpasar dan Singaraja, disusul buah naga dengan andil 0,031 persen, kue basah 0,021 persen, sepeda motor 0,020 persen, dan daging ayam ras 0,015 persen.
Berbanding terbalik, justru cabai merah, bensin, bawang merah, pepaya, dan air kemasan menjadi penyumbang deflasi atau penahan inflasi sepanjang Juni 2023.
Meski angkutan udara menyumbang andil inflasi, BPS Bali mencatat sepanjang Juni inflasi gabungan Denpasar dan Singaraja sebagai indikator proxy untuk Bali justru mengalami deflasi.
“Baik terkendali inflasi dan deflasi kita. Inflasi Indonesia 0,14 persen sementara kita deflasi 0,04 persen, jadi jauh di bawah Indonesia,” ujar Endang.
Kepala BPS Bali itu menyebut untuk Denpasar mengalami deflasi 0,08 persen sehingga menempati urutan ke delapan dari 12 kota di Indonesia yang mengalami deflasi.
Sedangkan Singaraja inflasi 0,22 persen sehingga menempati urutan ke 33 dari 78 kota yang mengalami inflasi pada Juni 2023.
Lebih lanjut, jika dibagi berdasarkan kelompok, makanan, minuman dan tembakau; perawatan pribadi dan jasa lainnya; serta perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga menjadi penyumbang deflasi di Kota Denpasar.
Sementara penyumbang inflasi di Singaraja adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau; pakaian dan alas kaki, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.