Sleman (Antara Bali) - Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan berhasil menyelamatkan sejumlah jenis tanaman bambu yang
hampir punah.
"Salah satu jenis bambu yang berhasil kami selamatkan adalah jenis Bambu Tutul atau Bambusa Maculata,"
kata peneliti dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biotektonogi
dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPP BPTH) Yogyakarta Fithry Ardhany di
Sleman, Senin.
Menurut dia, tanaman bambu jenis tutul di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) sudah sulit ditemui dan dapat dikatakan hampir punah.
"Kami hanya menemukan ada satu rumpun kecil di daerah Condong
Catur, Depok, Sleman. Satu rumpun itupun terancam hilang karena pemilik
lahan membongkarnya karena akan didirikan bangunan," katanya.
Sebelum rumpun bambu tutul tersebut dirombak, pihaknya telah mengambil beberapa tunas dan batangnya untuk dikembangbiakkan.
"Kami berhasil mengembangbiakkan bambu jenis tutul ini, nantinya
bibit-bibit bambu tutul ini akan kami sebarluaskan ke masyarakat yang
berminat untuk dikembangkan lagi," katanya.
Fithry mengatakan bambu jenis tutul banyak dibutuhkan untuk
produk-produk kerajinan maupun mebel karena memiliki pola dan warna
alami yang menarik, yakni kuning dengan totol-totol cokelat pada
batangnya.
"Karena banyak dibutuhkan untuk kerajinan dan mebeler, maka bambu
tutul ini banyak ditebang untuk memebuhi kebutuhan industri. Namun
mereka lupa untuk mengembangbiakkannya sehingga lambat laun habis dan
hampir punah," katanya.
Ia mengatakan bambu salah satu komoditas yang memiliki prospek cukup menjanjikan bila dikembangkan dalam skala luas.
Manfaat bambu secara ekonomis dan ekologis jika dibandingkan dengan
komoditas kayu, bambu mampu memberikan peningkatan pendapatan
masyarakat relatif cepat yakni empat hingga lima tahun.
"Manfaat ekonomis lainnya adalah pemasaran produk bambu baik berupa
bahan baku pengganti kayu maupun produk jadi sangat terbuka untuk
memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor," katanya.
Dari sisi ekologis, kata dia, tanaman bambu memiliki kemampuan
menjaga keseimbangan lingkungan karena sistem perakarannya dapat
mencegah erosi dan mengatur tata air serta dapat tumbuh pada lahan
marginal.
"Bagi Kabupaten Sleman, bambu dapat diibaratkan emas hijau yang
menjadi komoditas andalan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Pada
2012 di Sleman terdapat 1.759 unit usaha yang mengelola kerajinan bambu
yang terkonsentrasi di Kecamatan Mlati, Moyudan, Minggir, dan Godean.
Jumlah tersebut menyerap tenaga kerja 3.497 orang dengan nilai investasi
sebesar Rp10 miliar lebih dengan nilai produksi Rp13 miliar lebih,"
katanya. (WDY)
KLHK Selamatkan Bambu yang Hampir Punah
Senin, 13 Februari 2017 8:22 WIB