Jakarta (Antara Bali) - Donald Trump bersumpah untuk segalanya menomorsatukan Amerika lewat jargon "America first." Tidak seperti presiden-presiden AS sebelumnya, Donald Trump benar-benar mengubah pandangan tradisional bangsanya mengenai siapa musuh dan sahabat Amerika.
Menurut kolomnis The Atlantic Jeffrey Goldberg, Trump telah membuat sekutu-sekutu dan musuh-musuh AS menjadi campur aduk, tidak jelas, siapa musuh, siapa sekutu.
"Ini dunia di mana hubungan diplomasi yang sudah mapan diobrak-abrik oleh cepatnya cuitan (di Twitter)," kata Goldberg. "Kita kini hidup di sebuah dunia di mana para pemimpin Uni Eropa berbicara tentangan ancaman nyata dari seorang presiden Amerika yang mantap membela pemimpin Rusia."
Berikut daftar negara yang menjadi sahabat dan musuh AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.
TEMAN
Israel: Mengoreksi sikap Barack Obama terhadap Israel, Trump memulihkan hubungan yang lebih baik dengan sekutu abadi AS ini. Mengamini pandangan gelap Israel tentang Iran, Trump bertindak lebih jauh ingin memindahkan kedutaan besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Tapi Trump masih mengkritik aktivitas permukiman Yahudi di wilayah Palestina, kendati diam-diam memberi lampu hijau.
Rusia: Sejak Perang Dingin, tak ada presiden AS yang ingin berteman dengan Rusia, tetapi Trump malah benar-benar ingin bersahabat dengan Rusia, atas alasan yang sampai kini hanya dia seorang yang tahu.
Ketika duta besarnya sendiri di PBB mengutuk aneksasi Krimea oleh Rusia dan usil Rusia di Ukraina timur, Trump tetap saja menyanjung Presiden Rusia Vladimir Putin dan menepis tudingan bahwa Putin bukanlah pembunuh.
Inggris Raya: Perdana menteri dari sekutu abadi AS ini, Theresa May, adalah pemimpin asing pertama yang mengunjungi Trump di Gedung Putih. Trump menyambut suka cita keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Tapi belakangan dia dicemooh oleh rakyat Inggris karena mengeluarkan Keppres larangan imigran tujuh negara muslim masuk ke AS, bahkan ketua majelis rendah parlemen Inggris tak sudi memberikan waktu kepada Trump untuk menyampaikan pidato kehormatan di depan parlemen Inggris.
SETENGAH TEMAN
Australia: Trump merasa kerepotan oleh warisan kebijakan Barack Obama yang menyepakati pakta dengan Australia untuk memproses 1.250 pengungsi yang berada di kamp pengungsian Australia, untuk bisa masuk ke AS. Trump sebenarnya tak mau menampung pengungsi-pengungsi itu, tetapi mengaku menghormati perjanjian Australia-AS yang ditandatangani semasa era Obama itu.
Jepang: Selama kampanye presiden, Trump menuding Jepang terlalu diuntungkan dalam perdagangan dengan AS dan menuduh tidak cukup membayar upeti untuk perlindungan militer AS kepada Jepang. Setelah perdana menteri Jepang menemui Trump di Trump Tower, Jepang mendapatkan jaminan dari Menteri Pertahanan James Mattis bahwa negara ini masih dijamin 100 persen keamanannya oleh AS. Tapi komitmen ini tidak pernah keluar dari mulut Gedung Putih.
Jerman: Trump memang menyebut bahwa dia mengagumi Kanselir Angela Merkel, tetapi dia pernah mengkritik kebijakan Merkel soal pengungsi. Merkel pernah mengatakan Eropa tak bisa lagi tergantung kepada AS pimpinan Trump. Jerman kini menjadi pemimpin barisan pembela liberalisme Barat yang dulu ikut dirancang AS.
SETENGAH MUSUH
Meksiko: Sejak awal Trump memang terus menganggap negeri ini musuh, ketimbang sekutu. Meksiko dituding Trump telah mencuri lapangan kerja Amerika, memukul daya saing produk dagang Amerika, dan mengekspor bandit serta kriminal narkoba ke Amerika.
China: Naik cepatnya China sebagai superpower baru dunia telah membuat negara ini menjadi pesaing Amerika. Dan Trump kini berusaha mengubah praktik dagang China, merongrong pembangunan fasilitas militer China di Laut China Selatan, dan memasukkan China sebagai penyokong program nuklir Korea Utara, dengan langkah-langkah politik lebih drastis dibandingkan para pendahulunya.
MUSUH BENERAN
Suriah, Irak, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman: Dengan melarang sementara warga negara keenam negara ini, plus Iran, Trump secara tidak langsung mengandangkan keenam negara itu sebagai musuh AS.
Soal Korea Utara, Trump tidak percaya dengan nasihat Obama bahwa negara ini tengah mengembangkan peluru kendali berkepala nuklir yang bisa menjangkau wilayah Amerika. Trump yakin dirinya bisa menggertak Korea Utara dan menyepelekan kemampuan nuklir Utara. (WDY)