Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menerima permohonan "ngayah" dari sejumlah tokoh desa adat di Bali untuk berperan menampilkan tim kesenian guna menyukseskan kegiatan ritual berskala besar.
"Sejak enam bulan sebelum kegiatan ritual digelar, mereka sudah memohon agar tim kesenian kami bisa tampil sebagai salah satu persyaratan kelengkapan kegiatan ritual tersebut," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S, MA di Denpasar, Kamis.
Pihaknya menyambut baik kepercayaan dari tokoh masyarakat desa adat di Bali terhadap keberadaan lembaga pendidikan tinggi seni satu-satunya di Pulau Dewata itu.
"Kami telah menerima permohonan dari puluhan desa adat untuk 'ngayah' bersama tim kesenian menyukseskan kegiatan ritual yang digelar masyarakat," ujar Prof Rai.
Ia menjelaskan, permohonan itu sedapat mungkin akan dipenuhi, karena kehadiran dosen dan mahasiswa ISI Denpasar tersebut sangat diharapkan dan ditunggu masyarakat, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Kehadiran tim kesenian itu selain untuk kelengkapan kegiatan ritual yang digelar masyarakat setempat, juga mampu memberikan hiburan segar kepada masyarakat.
"Pola Ngayah" dengan tim kesenian yang selama ini diterapkan dalam bidang pengabdian masyarakat, katanya, menjadi inspirasi bagi Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional untuk menggagas komunitas "ngayah" sebagai bentuk pengabdian lembaga pendidikan tinggi kepada masyarakat.
"Ngayah" merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, pendidikan dan penelitian, sekaligus membantu secara ikhlas kelancaran kegiatan ritual di pura yang digelar masyarakat desa adat.
Dengan demikian mahasiswa dan dosen dapat melakukan penelitian dan pengkajian terkait pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sesuai bidang tugas yang diemban terkait dengan bidang seni, khususnya seni karawitan (tabuh) dan pertunjukan.
"Ngayah" dengan seni sekaligus penelitian dan pengkajian kini menjangkau desa-desa di delapan kabupaten dan satu kota di Bali, termasuk di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, ujar Prof Rai.(*)