Denpasar (Antara Bali) - Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Hudi Hastowo mengatakan, ke depannya nuklir lebih dimanfaatkan untuk dijadikan pembangkit listrik.
"Penggunaan nuklir di dunia yang begitu tinggi, nampaknya akan segera diakhiri dan dialihkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)," katanya di Kuta, Bali, Rabu.
Di sela-sela "Meeting of The Asia Pacific Safeguards Network (APSN)" itu, ia mengatakan, saat ini APSN memfokuskan pembahasan pada tiga aspek, yaitu, pertama, cara pembatasan terhadap penggunaan nuklir di dunia.
Kedua, pembatasan bagi negara-negara yang sudah memiliki senjata nuklir untuk memproduksi kembali. Ketiga, berdasarkan kesepakatan negara-negara di dunia, adalah pelucutan senjata dengan bahan nuklir.
"Itu dilakukan, karena penggunaan nuklir sudah sampai taraf yang memprihatinkan," katanya yang didampingi Kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) As Natio Lasman.
Di dunia, kata dia, penggunaan nuklir mencapai 23 ribu hulu ledak. Dari jumlah tersebut 22 ribu di antaranya, dibagi rata oleh Amerika Serikat dan Rusia. Sisanya, terbagi ke beberapa negara lainnya, baik di Eropa, Amerika maupun Asia.
Atas dasar itu, menurut dia, maka kesepakatan melucuti senjata nuklir yang sudah disepakati akan berjalan seiring dengan pemusnahan bahan tersebut, seperti plutonium dan uranium.
"Hanya saja, tak mudah untuk memusnahkan bahan nuklir tersebut. Satu-satunya jalan dengan cara mengalihkan bahan nuklir itu menjadi bahan yang dipergunakan untuk pembangkit energi," ucapnya.
Menurut dia, Indonesia sendiri tak anti terhadap bahan nuklir. Hanya perlu diawasi saja penggunaannya dari segi keselamatan dan kesehatan.
Hudi mengatakan, DPR RI sudah sejak lama mempertanyakan kapan PLTN akan dibangun di Indonesia. Mengingat, pasokan listrik di Indonesia sudah mulai berkurang dari tenaga yang sudah ada.
"Waktu saya mendampingi Pak Menteri Riset dan Teknologi menghadap Komisi VII DPR RI, kami justru ditanya kapan PLTN akan dibangun," katanya.(*)
Batan: Nuklir akan Dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik
Rabu, 2 Juni 2010 18:02 WIB