Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan para petani di Pulau Dewata untuk menghasilkan produk pertanian sesuai dengan kebutuhan pasar supaya mereka lebih cepat sejahtera.
"Saya bukan ahli pertanian, tetapi marilah kita bertani untuk hal yang laku, yang memang diperlukan oleh Bali, sehingga sebenarnya tidak ada alasan petani miskin," kata Pastika saat menyampaikan sambutan pada Musyawarah Daerah VII Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Bali, di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, di tengah jumlah penduduk Bali sebanyak 4,2 juta jiwa dan ditambah dengan wisatawan asing maupun domestik jika dirata-ratakan menjadi 5 juta jiwa, sesungguhnya kebutuhan Bali akan produk-produk pertanian cukup tinggi.
Dia mencontohkan untuk memenuhi kebutuhan pangan 5 juta jiwa orang di Bali, dalam sehari kira-kira diperlukan satu juta butit telur, satu juta kilogram beras, dua juta kilogram sayur, 500 kilogram cabai, satu juta kilogram buah, satu juta ekor ayam, satu juta ekor bebek, 1.000 kilogram daging sapi untuk hotel dan restoran, enam ton lele, lima ton gurami serta ikan lainnya dan sebagainya.
"Itu semua adalah hasil pertanian. Jadi tergantung kita sebenarnya seberapa jauh untuk memanfaatkan peluang yang ada," ujar Pastika.
Hanya saja, ucap dia, sektor pertanian di Bali sejauh ini belum mampu memenuhi berbagai kebutuhan pangan itu. Pastika mencontohkan untuk produksi lele saja, baru bisa terpenuhi 1-2 ton.
Begitu juga dengan gurami, kata dia, salah satu rumah makan besar di Bali perharinya membutuhkan sekitar 500 kilogram gurami, tetapi satu ekor pun tidak ada yang berasal dari hasil pertanian Bali. Belum lagi dengan salah satu rumah makan yang terkenal dengan ayam betutunya, setiap harinya justru mendatangkan ayam sekitar 500 ekor dari daerah Jawa Timur.
"Jadi sebenarnya petani di Bali harusnya bisa makmur jika ke situ arahnya, memenuhi keperluan itu," kata orang nomor satu di Bali itu.
Terkait dengan pelaksanaan Musda HKTI Bali itu, Pastika mengharapkan agar dapat disusun program dan rekomendasi pada pemerintah tentang pembangunan pertanian ke depan.
"Buatlah perencanaan yang bisa dilaksanakan dan bisa membuat petani sejahtera," ucapnya.
Baginya, kalau tetap saja penghasilan petani rendah, tentu tidak ada yang mau menjadi petani. Oleh karena itu, haruslah dicari terobosan bersama supaya hasil pertanian bagus dari sisi kuantitas dan kualitasnya.
Di samping persoalan rendahnya pendapatan petani, Pastika juga mengemukakan sejumlah permasalahan di bidang pertanian seperti tingginya alih fungsi lahan pertanian, berkurangnya minat generasi muda dalam bertani, persaingan pasar produk pertanian yang sangat ketat.
Pemprov Bali sendiri selama ini telah memberikan berbagai fasilitas pembangunan pertanian diantaranya melalui subsidi dan bantuan hibah kepada petani dan kelompok tani, baik untuk pengadaan sarana produksi maupun pengembangan infrastruktur.
Ada juga pengembangan program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) yang mengintegrasikan kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukung lainnya untuk pengembangan agribisnis di perdesaan.
Dari 2009 hingga 2016, sudah terbentuk 600 unit Simantri dan sejumlah produk serta pupuk organik dari unit Simantri telah dijual ke sejumlah hotel dan swalayan di Pulau Dewata. (WDY)