Denpasar (Antara Bali) - Bali mengapalkan ikan dan udang ke pasaran luar negeri mampu meraup devisa sebesar 7,97 juta dolar AS selama bulan September 2016, meningkat 1,34 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 7,87 juta dolar AS.
"Namun perolehan devisa itu dibandingkan dengan bulan sebelumnya merosot hingga 20,43 persen, karena pada bulan Agustus 2016 itu pengapalan ikan dan udang itu menghasilkan 10,02 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, ekspor ikan dan udang tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 19,69 persen dari total nilai ekspor Bali mencapai 40,51 juta dolar AS selama bulan September 2016, menurun 0,38 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 40,66 juta dolar AS.
Adi Nugroho menjelaskan, ikan dan udang hasil tangkapan para nelayan dan kapal-kapal besar milik perusahaan penangkapan ikan yang mangkal di Pelabuhan Benoa, Denpasar itu sebagian besar diserap pasaran Amerika Serikat yang menampung 26,88 persen.
Selain itu juga diserap pasaran 18,81 persen, Tiongkok 16,41 persen, Australia 6,62 persen, Singapura 1,13 persen, Hongkong 7,64 persen, Belanda 0,95 persen, Thailand 0,18 persen, Jerman 1,56 persen, Taiwan 9,84 persen dan 9,99 persen sisanya menembus berbagai negara lainnya.
Ekspor ikan dan udang mempunyai prospek cukup cerah, mendorong pihak Dinas Perikanan setempat untuk meningkatkan produksi perikanan laut maupun hasil perikanan tangkap dalam tahun 2016.
Berbagai upaya dan terobosan telah dilakukan, termasuk memberdayakan para nelayan dengan memberikan berbagai kemudahan dan bantuan dengan harapan mampu memacu peningkatan produksi sektor perikanan.
Produksi perikanan tangkap tahun 2016 diharapkan meningkat dari tahun sebelumnya, namun tidak memasang sasaran terlalu ekstrem, karena tahun 2013 ke 2014 produksi perikanan Bali meningkat 14 persen.
Bali menghasilkan perikanan tangkap mencapai 118.241 ton setiap tahunnya yang meliputi hasil tangkapan di laut, perairan umum seperti waduk, danau, sungai, dan rawa-rawa, namun yang paling dominan hasil penangkapan di laut yang mencapai 116.909 ton.
Made Astawa, salah seorang nelayan pembudidaya ikan tuna di Desa Penyabangan, Kabupaten Buleleng menjelaskan bersama sejumlah nelayan setempat membudidayakan ikan tuna yang memiliki potensi ekspor dan nilai ekonomis cukup tinggi.
Pihaknya dalam membudidayakan usaha ikan tuna itu mendapat bimbingan dan bantuan dari Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Pengembangan budidaya pembesaran benih tuna dari alam di daerah yang berjarak sekitar 47 kilometer dari Kota Singaraja itu pernah dirintis sejak beberapa tahun lalu bersama sejumlah nelayan di daerah itu.
Pembibitan ikan tuna kecil memakai sarana keramba jaring apung untuk menjadi indukan, selanjutnya jika bibit ikan tuna mulai membesar baru dipindahkan ke tempat yang lebih luas, ujar Nurjaya. (WDY)