Amlapura (Antara Bali) - Kabupaten Karangasem, Bali kembali menggelar Festival Gebug Seraya yang ketiga berlangsung di GOR Seraya barat, selama dua hari, 22-23 Oktober 2016.
Kegiatan tersebut mendapat perhatian besar dari ribuan masyarakat setempat serta wisatawan dalam dan luar negeri yang menampilkan atraksi 15 pasang kesenian Gebug Seraya yang terdiri atas empat pasang anak-anak dan 11 pasang dewasa.
Ketua panitia kegiatan tersebut I Wayan R. Supertama, Minggu mengatakan, atraksi yang unik dan menarik tersebut sebagai upaya melestarikan warisan leluhur yang ada di Desa Pekraman Seraya, Kabupaten Karangasem.
Kesenian itu merupakan salah satu jenis permaianan rakyat yang digunakan oleh masyarakat sebagai media ritual untuk memohon kesuburan, kesehatan serta turunnya hujan ketika musim kemarau melanda daerah itu.
I Wayan R. Supertama menambahkan, tradisi "gebug atau megebug" Seraya juga merupakan kesenian rakyat yang khas di Kabupaten Karangasem, Bali timur.
Kegiatan tersebut diharapkan menjadi atraksi wisata yang unik dan menarik bagi wisatawan, sekaligus mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali timur.
"Potensi seni budaya dan industri pariwisata dapat mendorong pertumbuhan semua sektor dan perputaran ekonomi masyarakat," I Wayan R. Supertama.
Kegiatan tersebut sekaligus memberikan ruang kepada pelaku seni dan masyarakat, khususnya generasi muda di Desa Pekraman Seraya.
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang diwakili Staf Ahli Pembangunan I Made Sujana Erawan mengatakan, atraksi Gebug Seraya telah diakui sebagai warisan budaya non benda.
Karangasem cukup berprestasi karena mampu mendapatkan dua pengakuan kesenian yakni Gebug Seraya` dan Ter-teran Jasi. Penghargaan tersebut akan diberikan oleh Menteri Kebudayaan RI pada 27 Oktober mendatang.
Pemkab Karangasem terus berupaya melakukan pembinaan sebagai upaya melestarian budaya agar bisa diwariskan kepada generasi penerus di masa mendatang. Semua itu dilandasi dengan oleh nilai-nilai yang bersumber dari ajaran Agama Hindu.
Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan Pembangunan Ir. I Ketut Artika, M.T mengharapkan, adanya sinergitas dalam mempertahankan budaya-budaya luhur dari semua pihak.
"Nantinya kesenian-kesenian yang berkembang dalam masyarakat akan mampu bertahan dan dipelihara oleh masyarakat sehingga terwujud Bali Mandara," ujar Ketut Artika. (WDY)