Denpasar (Antara Bali) - Kabupaten Karangasem, Bali, menampilkan cerita dalam bentuk sendratari yang bertema Gebug Seraya dalam kegiatan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38, di Taman Budaya, Denpasar, Bali, Rabu.
Komang Nisma selaku Koordinator Sekaa Genjek Bah Bangun, Banjar Bungkulan, Karangasem, saat ditemui di Denpasar, menuturkan dipilihnya tema gebug seraya ini karena ingin memperkenalkan kepada masyarakat dan wisatawan yang datang bahwa ini merupakan kebudayaan di Desa Seraya.
"Kami ingin memperkenalkan sebuah tarian Gebug Seraya ini kepada masyarakat agar lebih paham terkait keberadaan cerita ini," ujar Komang Nisma.
Keunikan dari tarian Gebug Seraya ini, kata dia, para penarinya mengikuti irama dan musik dari sekaa genjek yang tidak ada di daerah lainnya. Namun, hanya ada di Kabupaten Karangasem.
"Genjek ini merupakan kesenian spontanitas yang musiknya disuguhkan oleh vokal anggota genjek, tanpa menggunakan alat musik gambelan seperti gong pada umumnya," katanya.
Ia menuturkan, gebug seraya ini merupakan perpaduan antara sendera tari dan vokal genjek. "Gebug Seraya ini sangat berbeda dengan cak khas Gianyar, karena tarian ini diiringi dengan vokal genjek," katanya.
Sendratari Gebug Seraya ini menceritakan bahwa pada musim kemarau panjang, masyarakat di Desa Seraya, Karangasem yang mayoritas sebagai petani mengeluh tidak adanya sumber mata air, sehingga mengakibatkan banyak pepohonan mati.
Saat situasi kering itu-lah, Ki Jero Bendesa Seraya sepakat untuk menghadap Raja Karangasem. Setelah itu, Raja memberikan petunjuk agar digelar Ritual Gebug Ende.
Atas petunjuk raja tersebut, Ki Bendesa Seraya menyangupi Ritual Gebug Ende agar masyarakat desa setempat berkecukupan sumber mata air.
Hingga saat ini, Ritual Gebug Ende tetap dilestarikan sebagai warisan leluhur, dan Ki Bendesa Seraya berikrar bahwa Ende dan Rotan sebagai simbul kemakmuran. (WDY)