Amlapura, (Antara Bali) - Pelestarian dan pengembangan kesenian Gebug Seraya, diharapkan dapat menumbuhkembangkan potensi seni budaya bernilai adi luhung yang sudah lama berkembang di wilayah Desa Seraya, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, Bali.
Penjabat Bupati Karangasem Ida Bagus Ngurah Arda ketika dikonfirmasi, Selasa, menyatakan, berbagai langkah dan upaya dalam pelestarian serta pengembangan seni budaya, dilakukan Pemerintah Kabupaten Karangasem dengan tetap bersendikan pada nilai budaya yang ada di masyarakat.
"Saya berharap kepada masyarakat Seraya khususnya, untuk terus-menerus membantu program pemerintah dalam mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya yang adi luhung, sehingga kebudayaan kita mampu menjadi cermin untuk kehidupan kita bersama," ujar Ngurah Arda.
Dia menyatakan, untuk melestarikan kebudayaan asli Seraya, yakni Budaya Megebug yang belakangan keberadaannya semakin menurun, perlu diadakan suatu kegiatan budaya yang rutin dilakukan setiap tahun. Seperti penyelenggaraan Festival Gebug Seraya ke-2 pada awal Oktober lalu.
Penyelenggaraan festival, dilakukan sebagai bentuk pelestarian budaya asli Seraya. Kegiatan ini akan berdampak positif untuk membangkitkan kembali gairah masyarakat dalam rangka pelestarian dan pengembangan seni, khususnya kesenian Gebug Seraya, yang hanya ada di Desa Seraya. Tujuan lain adalah untuk menumbuhkembangkan potensi seni budaya yang ada di Kabupaten Karangasem.
Pada saat pembukaan Festival Gebug Seraya ke-II, Ngurah Arda memberikan sambutan yang menggarisbawahi pentingnya menjaga dan melestarikan kebudayaan yang sudah diwariskan sejak dahulu kala.
Pembukaan festival diawali dengan atraksi Ngurah Arda dengan Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan Drs Ida Bagus Kade Subhiksu MSi, yang mewakili Gubernur Bali. Saat itu, Ngurah Arda mengambil ancang-ancang melayangkan gebugan atau pukulan, yang dikenal dengan istilah 'gebug', yang menggunakan tongkat rotan, ke hadapan Kade Subhiksu yang bersiap menangkisnya dengan tameng (ende) berbentuk bundar. Brak! Pukulan pertama yang berhasil ditangkis menandai pembukaan Festival Gebug Ende, di GOR Seraya Barat.
Festival Gebug Ende yang berlangsung selama dua hari tersebut, selain dihadiri Ida Bagus Kade Subhiksu, juga anggota DPRD Karangasem Komang Mustika, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Karangasem, Perbekel Seraya Barat, Tengah dan Timur, Bendesa Pakraman Seraya dan tokoh-tokoh masyarakat.
Festival ini dimeriahkan dengan tarian pembuka Tari Gebug Kreasi yang dikuti oleh 30 pasang peserta masing-masing terdiri dari 20 pasang dewasa dan 10 pasang anak-anak yang berasal dari masyarakat Desa Seraya. Selain tarian Gebug Ende, ditampilkan pula hiburan rakyat, pameran kuliner khas Desa Seraya, pementasan tari anak-anak, pementasan genjek dan pagelaran lawak untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat.
Ngurah Arda sangat mengapresiasi diselenggarakannya Festival Gebug Ende, dan mengharapkan masyarakat ikut berperan serta dalam melestarikan warisan leluhur agar dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Sementara itu, Ida Bagus Kade Subhiksu menyampaikan kebanggaan atas upaya pelestarian budaya, dan menyambut baik dilaksanakannya acara Festival Gebug Seraya ke-2 tahun 2015.
"Festival bertujuan untuk menyelamatkan warisan leluhur, yaitu mengembalikan tradisi seni dan tarian Gebug Seraya untuk kembali ke esensi awalnya sebagai tarian ritual yang sakral untuk memanggil hujan," ucap dia.
Ketua Panitia I Wayan R. Supertama menambahkan, tujuan diselenggarakannya festival adalah untuk memperkenalkan dan melestarikan sebuah kesenian tradisi warisan leluhur yaitu Gebug Seraya, kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Kami juga memiliki misi untuk membangkitkan industri kreatif yang ada di Kabupaten Karangasem, melalui ajang pameran hasil kerajinan dan kuliner khas daerah Seraya, serta tentu saja ingin melestarikan warisan leluhur," ujarnya.
Pelestarian Gebug Seraya Bangkitkan Kesenian Adi Luhung
Selasa, 8 Desember 2015 22:15 WIB