Denpasar (Antara Bali) - Kementerian Pariwisata tidak mempermasalahkan wisatawan Tiongkok merangkap menjadi pemandu wisata, dari pada turis tersebut tidak ada yang memandu selama ke Bali.
"Kementerian Pariwisata sudah tahu di lapangan, ada orang Tiongkok yang nyambi jadi pemandu wisata maupun melakukan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan sektor kepariwisataan," kata Kepala Tim Percepatan Pengembangan sepuluh Destinasi Kementerian Pariwisata Hiramsyah Thaib di Nusa Dua, Bali, Rabu malam.
Ia mengakui dari data kunjungan wisatawan asal negeri tirai bambu tersebut saat ini sedang terus naik untuk berkunjung ke Indonesia, namun sisi lain, sumber daya manusia (pemandu wisata) di Bali khususnya tidak berimbang atau belum memadai.
Saat ini tidak mempermasalahkan mereka (orang Tiongkok) menjadi pemandu wisata di Indonesia, khususnya Bali, karena "guide" bahasa Mandarin belum memadai dibanding dengan kunjungan turis asal Tiongkok.
"Kami akui itu ada, tapi mau bagaimana lagi, karena jumlah pemandu wisata Mandarin saat ini memang terbatas jumlahnya. Dari pada kita kehilangan wisatawan Tiongkok yang jumlahnya semakin bertambah, untuk sementara waktu, tidak apa kami menggunakan pemandu wisata dari mereka (Tiongkok). Tapi pelan-pelan akan kami benahi, akan kami tata,"ujarnya.
Sebelumnya Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) mendesak Pemerintah Provinsi Bali membentuk satuan tugas (Satgas) khusus untuk menertibkan pekerja asing, khususnya dari Tiongkok. Ini karena banyak yang melakukan praktek sebagai pemandu wisata ataupun travel ilegal di Bali.
"Kami mendesak Pemprov Bali segera membentuk Satgas orang asing khususnya untuk warga Tiongkok, karena dari data dan pemantauan kami, banyak yang mengaku wisatawan dari Tiongkok, namun kenyataannya selama di Bali mereka bekerja, seperti menjadi pemandu wisata dan menjual paket wisata secara `online` yang sangat murah," kata Komite China ASITA Pusat, Chandra Salim.
Menurut dia, kalau terus dibiarkan, tanpa ada pengawasan terhadap orang asing yang selama ini menggunakan visa wisata atau berkedok jadi turis, maka akan bisa merusak citra pariwisata Bali ke depan. (WDY)
Wisatawan Tiongkok Merangkap Jadi Pemandu Wisata
Kamis, 1 September 2016 19:09 WIB