Jakarta (Antara Bali) - Bali kembali menjadi tuan rumah olahraga lintas alam internasional, Interhash, yang diikuti ribuan peserta dari 75 negara pada 19-22 Mei, untuk kedua kali setelah 1988.
"Data terakhir hingga 3 Mei, yang sudah mendaftar 6.000 peserta. Kami akan sambut mereka dengan sebaik-baiknya," ujar Deputi Pengembangan Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Indonesia beberapa kali tempat penyelenggaraan Interhash yakni di Jakarta pada 1982, di Bali pada 1988, di Magelang pada 2012, dan kembali di Bali pada tahun ini setelah menang dalam penawaran di China tahun lalu untuk menjadi tuan rumah Interhash 2016.
Interhash adalah salah satu ajang lomba lintas alam internasional dua tahunan sejak 1978 dan sangat berpotensi mendatangkan wisatawan.
Komunitas pencinta alam (hasher) hingga kini sudah menyebar di 100 negara.
Interhash merupakan gabungan olahraga dan rekreasi, bukan "sport tourism" yang melombakan peserta untuk mencari juara tercepat, melainkan lebih ke arah hiburan sambil berolahraga dan menjelajahi alam seperti pegunungan. hutan, sungai, pantai, perkebunan dan persawahan.
Kemenpar saat ini sedang intensif melakukan koordinasi di empat kabupaten dan satu kota di Bali yakni Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, dan Denpasar, soal rute lomba, mobilisasi pelari, tenaga medis, instrumen perlombaan, hingga akomodasi.
Disebutkan bahwa Bali cocok untuk kegiatan itu karena memiliki akses, atraksi, dan amenitas (3A) yang baik dan bisa menampung peserta dalam jumlah ribuan orang.
Akses ke Bali bisa ditempuh dari seluruh benua dengan penerbangan internasional yang terkoneksi ke Bandara Internasional Ngurah Rai.
Bali juga sudah lengkap dengan semua amenitas seperti hotel, cafe, restoran, tempat konvensi, transportasi lokal, penukaran uang, dan sebagainya.
Lalu dari sisi atraksi, Bali menjadi salah satu pusat atraksi seni budaya serta keindahan alam yang beragam, dari gunung, pantai, sawah, ladang, hutan konservasi, danau, dan lainnya. (WDY)