Singaraja (Antara Bali) - Maestro seni asal Kabupaten Buleleng, Bali, I Nyoman Durpa menyatakan sebuah museum di Kota Leiden Belanda banyak menyimpan berbagai jenis peninggalan karya seni masa lampau Bali Utara yang belum tentu ditemukan di Indonesia.
"Banyak karya seni seperti wayang dan berbagai jenis lontar yang tidak ada di Bali memang sudah dibawa ke sana (Belanda)," kata Durpa di Singaraja, Bali, Sabtu.
Menurut dia, berdasarkan penelurusan sejarah berbagai jenis karya seni rupa Bali Utara dibawa ke Negeri Kincir Angin mulai sejak mereka (Belanda) menjajah di Indonesia akhir abad ke-17.
"Karya sastra Bali sangat diminati orang Belanda karena memiliki estetika seni tingkat tinggi. Mereka percaya suatu saat nanti akan menjadi barang langka," katanya.
Durpa yang juga seorang penari topeng itu menambahkan, warga Belanda merawat dengan sungguh-sungguh berbagai macam karya seni asal Bali. Salah satu diantaranya benda asli dan langka yang ditemukan di Museum Belanda adalah wayang Tualen.
Di museum Leiden, kata dia, tersimpan wayang Tualen dengan minim corak ukiran dan tanpa rambut. "Wayang Buleleng di sana tersimpan asli di Belanda, seperti wayang Tualen polos tanpa berisi jambot dan gundul tidak berisi rambut. Wayang Buleleng memiliki ukiran lebih natural, termasuk teknik pewarnaannya. Beda dengan ukiran ada di Bali Selatan," ucapnya.
Selain itu, ketika berkunjung membawa misi budaya Bali Utara ke Belanda beberapa waktu lalu ditemukan miniatur monumen perang Jagaraga, salah satu cerita sejarah terkenal Bali Utara ketika masa penjajahan lampau.
"Ketika saya berkunjung ke Museum Leaden di dalamnya ada miniatur monumen perang Jagaraga. Juga ada perang Banjar, lontar-lontar dan peninggalan sejarah di Buleleng, banyak tertulis dalam bentuk buku tersimpan rapi di sana," imbuhnya.
Di sisi lain, Durpa menilai, Museum Leiden dan museum lainnya di Belanda begitu peduli terhadap budaya dan benda peninggalan di Buleleng dan Bali pada umumnya.
Bahkan pengalaman ketika tampil membawakan tarian di daerah Ubud, Gianyar membawakan cerita babad dimana disaksikan orang Belanda dikatakan kebenaran cerita rakyat (babad) yang dibawakan baru mencapai 50 persen.
"Orang Belanda dimaksud kemudian memberikan buku aslinya berisi cerita lengkap babad di Bali. Kondisi ini membuktikan peneliti dan pelaku sejarah di Belanda lebih banyak mengetahui latar belakang peninggalan seni budaya di Bali Utara," demikian Durpa. (WDY)