Denpasar (Antara Bali) - Sekretaris Komisi III DPRD Bali IGM Suryantha Putra mengatakan, rencana pembangunan jalan tol yang menghubungkan Pulau Serangan, Kota Denpasar dengan Tanjung Benoa dipastikan molor dari rencana awal.
"Sedianya tahun 2011 pembangunan jalan tol Serangan-Tanjung Benoa (STB) sudah mulai digarap dan dapat beroperasi pada 2013. Tetapi hingga kini belum ada kejelasan lebih lanjut," katanya di Denpasar, Kamis.
Seusai sidang paripurna pembahasan ranperda DPRD Bali, ia mengatakan, molornya rencana pembangunan STB tersebut, salah satunya terbentur masalah pembebasan lahan yang akan digunakan.
"Hingga sekarang belum juga diketahui siapa pemilik lahan tersebut, maka sulit untuk membebaskan lahan di sana. Dengan begitu, dipastikan rencana pembangunannya akan molor dari jadwal," ucap politisi PDIP itu.
Ia mengatakan, persoalan pembebasan lahan ini, sebagaimana disepakati menjadi kewajiban Pemprov Bali. Hanya saja, Pemprov Bali sendiri hingga kini tak tahu siapa pemilik lahan tersebut.
"Yang bertanggung jawab terhadap pembebasan lahan itu adalah pemprov. Tetapi pemprov sendiri tak memiliki data, siapa sesungguhnya pemilik lahan tersebut. Itu yang membuat kita kesulitan membebaskan lahan," kata Suryantha Putra.
DPRD Bali, kata dia, sedang mengupayakan menemukan data siapa pemilik lahan di sekitar lokasi yang akan dibangun jalan tol STB, ke Pemkot Denpasar.
"Kami akan berkoordinasi dengan Pemkot Denpasar. Sehingga mendapatkan data pemilik lahan tersebut," ujarnya.
Di tempat terpisah, anggota Komisi I DPRD Bali, Ketut Tama Tenaya mengatakan, pembangunan tol STB akan digantikan dengan jalan layang lingkar di lokasi yang sama, karena alasan ketinggian ambang batas bawah yang sempat menjadi polemik dengan pemerintah pusat.
"Karena alasan ambang batas bawah itu, maka pusat sendiri mengusulkan agar dibangun jalan layang lingkar di sekitar lokasi sebagai pengganti jalan tol STB," katanya.
Dikatakan, jalan tol STB dibangun untuk mengurai kemacetan yang semakin krodit di Bali selatan. Selain tol STB, upaya lainnya adalah membangun jalan bawah tanah di persimpangan Dewa Ruci.
"Jika rencana pembangunan bawah tanah dipastikan sesuai dengan jadwal, beda halnya dengan tol STB," kata Tama Tenaya.
Proyek rencananya menelan dana miliaran rupiah itu dipastikan molor pembangunannya, akibat ketidakjelasan siapa pemilik lahan di sekitar lokasi yang akan dibebaskan.
Dari data yang dihimpun badan jalan di Tanjung Benoa, rencananya akan dibangun melewati hutan bakau sepanjang dua kilometer dan menyusuri tepi pantai sepanjang 2,3 kilometer atau 5,40 hektare.
Sementara badan jalan di Pulau Serangan Denpasar melewati PT BTID sepanjang 2,6 kilometer atau 1,70 hektare.
Sedangkan untuk jembatan akan dibangun pada aliran Selat Benoa-Selat Badung dengan panjang alur 350 meter.
Untuk bentang utama jembatan 2 X 140 meter dengan ambang batas bawah 35 meter dan ambang atas 45,919 meter. Panjang jalan dan jembatan seluruhnya 9,91 kilometer.(*)
Pembangunan Tol Serangan-Tanjung Benoa Molor
Kamis, 25 November 2010 14:33 WIB