Denpasar (Antara Bali) - Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali dalam membiayai perekonomian di daerah pedesaan yang belum tersentuh oleh bank umum menunjukkan pertumbuhan yang melambat.
"Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan kredit BPR periode triwulan III-2015 hanya mencapai 16,81 persen dengan nominal Rp7,95 triliun, jika dibandingkan periode sebelumnya mencapai 18,77 persen (yoy)," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar Minggu.
Dalam laporan kajian ekonomi dan keuangan regional itu Ia menjelaskan, pinjaman yang diberikan usaha BPR di daerah ini secara komulatif mencapai Rp7,95 triliun atau jauh lebih besar dari jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dalam periode yang sama hanya mencapai Rp6,47 triliun.
Secara klasifikasi jenis penggunaan, kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi dengan porsi masing-masing sebesar 51,03 persen dan 12,38 persen dari total kredit.
Sedangkan pinjaman konsumsi mencapai 36,58 persen. Besar porsi pinjaman kepada sektor produktif menunjukkan bahwa BPR berusaha menjaga kualitas kreditnya melalui kinerja usaha debiturnya dalam memajukan usahanya.
Peran BPR tersebut, menurut dia, mengindikasikan bahwa bank yang bertebaran di daerah sangat berperan dalam pembiayaan ekonomi di daerah pedesaan yang belum tersentuh oleh bank umum yang ada.
Sektor ekonomi yang menerima pinjaman terbesar dari BPR di Bali adalah sektor perdagangan dan kelompok konsumsi lainnya, penyediaan akomodasi dan makanan, dan sektor lainnya yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah ini.
Porsi pemberian pinjaman tersebut oleh usaha perbankan tentu untuk menyesuaikan usahanya dengan kondisi dan karaktgeristik ekonomi daerah Bali yang sektor ekonominya bertumpu pada sektor pariwisata dan kerajinan.
Tingginya pertumbuhan kredit BPR di Bali mampu meningkatkan LDR dari 80,11 persen pada triwulan II menjadi 81,67 persen pada triwulan III 2015, dan kondisi itu pula mampu meningkatkan kualitas kredit.
Hal itu tercermin dari rasio jumlah pinjaman yang dikatagorikan sebagai kredit bermasalah (NPL) prosentasenya berkurang dari sekitar 3,10 persen dari kredit yang ada menjadi hanya 3,03 persen triwulan III-2015. (WDY)
Pertumbuhan BPR di Bali Melambat
Minggu, 24 Januari 2016 11:28 WIB