Denpasar (Antara Bali) - Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia menilai, Subak Pulagan di Kawasan Hulu Tukad Pekerisan Tampaksiring,
Kabupaten Gianyar bisa menjadi alternatif pengganti Subak Jatiluwih, Kabupaten Tabanan yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD).
"Wisman bisa mengalihkan kunjungan ke wilayah Subak Pulagan sekaligus mengunjungi kawasan Pura Gunung Kawi dan Pura Tirta Empul yang memiliki belasan pancuran untuk ritual penyucian diri," kata Ketua Puslit Subak Unud Prof Windia di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan yang memiliki dua subak, salah satunya Subak Pulagan di Kabupaten Gianyar merupakan satu-kesatuan dengan kawasan Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, kawasan suci Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung dan Pura Ulundanu Batur, Kabupaten Bangli.
"Wisatawan dalam dan luar negeri yang mengunjungi Subak Pulagan selanjutnya bisa mengunjungi objek wisata lain yang dekat dengan lokasi itu antara lain cagar budaya yakni Pura Pegulingan, dan Pura Mengening," ujar Prof Windia.
Kawasan Subak Pulagan merupakan sebuah organisasi pengairan tradisional biang pertanian yang sangat bersejarah. Subak itu dibangun pada zaman keemasan Dinasti Warmadewa tatkala memerintah di Bali, yakni pada zaman pemerintahan Prabu Udayana Warmadewa, abad ke-10 dan ke-11.
Subak tersebut langsung mendapatkan air irigasi dari mata air yang ada di kawasan Pura Tirta Empul, salah satu objek wisata yang lokasinya bersebelahan dengan Istana Presiden Tampaksiring.
Oleh sebab itu, kawasan Subak Pulagan dianggap sebagai subak yang keramat, karena jika ada ritual berskala besar di kawasan Tampaksiring dan sekitarnya, harus membuat bahan sesajen tertentu yang berasal dari beras hasil tanaman padi di Subak Pulagan.
"Keperluan ritual lainnya seperti belut, kelipes, belauk, capung, belalang untuk keperluan sesajen juga harus memanfaatkan yang berasal dari kawasan Subak Pulagan," ujar Prof Windia.
Asisten II Setda Provinsi Bali, Ketut Wija yang pernah mengunjungi kawasan Subak Pulagan juga berkomentar bahwa kawasan subak itu sangat baik. Pemandangannya indah, terbentang luas, dan sangat cocok untuk dikunjungi oleh wisatawan yang ingin tahu tentang subak WBD.
Sementara itu Bupati Gianyar, Anak Agung Gede Beratha juga menaruh perhatian besar dengan eksistensi subak sebagai warisan budaya dunia. Bangunan yang terlanjur di kawasan itu dibersihkan dengan memberikan ganti rugi.
Selain itu telah bertekad untuk menjaga kelestarian subak yang dibangun pada zaman Raja Udayana yang telah diakuai sebagai warisan budaya dunia, ujar Prof Windia. (WDY)