Nusa Dua, Bali (Antara Bali) - Provinsi Bali menjadi pusat percontohan energi bersih dan ramah lingkungan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang ditargetkan terealisasi pada tahun 2019.
"Kami berkomiment bahwa tahun 2019 Bali harus menjadi pulau atau wilayah yang hampir 100 persen didukung energi bersih," kata Menteri ESDM Sudirman Said usai membuka pertemuan Forum Energi Terbarukan di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.
Dipilihnya Pulau Dewata sebagai pusat percontohan energi bersih dan ramah lingkungan selain karena sejalan dengan visi pemerintah setempat, Sudirman menambahkan bahwa Bali merupakan daerah tujuan wisata dunia sehingga program energi bersih tersebut diharapkan dapat disebarluaskan kepada masyarakat nasional maupun internasional.
"Bali dikunjungi tidak hanya masyarakat Indonesia tetapi dunia. Kami ingin membuat contoh baik maka ini bisa didiseminasikan lebih cepat menyebar," ucapnya.
Pihaknya menargetkan tahun 2018 atau sebelum tahun 2019, Bali sudah 100 persen mengimplementasikan energi bersih.
Pemerintah Pusat, lanjut dia, akan memberikan dukungan penuh terkait proyek tersebut di antaranya dalam bentuk kebijakan, investasi hingga pembangunan kapasitas manusia melalui penelitian dan peningkatan SDM sebagai tindak lanjut dari kesepakatan yang telah terjalin antara Pemprov Bali dan Kementerian ESDM pada Juli 2015.
"Kami menargetkan tahun 2025, Indonesia sudah 25 persen menggunakan energi bersih. Bali pada tahun 2018-2019 sudah harus di atas 90 persen isinya energi bersih," tegasnya.
Dia menjelaskan bahwa sejumlah langkah telah disiapkan di antaranya Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan merubah energi bahan bakar minyak menjadi gas, uap, atau energi terbarukan dan sudah dalam peta jalan perusahaan listrik tersebut.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyambut baik dijadikanya Pulau Dewata sebagai pusat percontohan energi bersih.
Mantan Kepala Polda Bali itu menyatakan bahwa upaya tersebut sejalan dengan konsep kehidupan masyarakat Bali yang berlandaskan Tri Hita Karana atau tiga harmonisasi hubungan manusia dengan alam, sesama manusia dan manusia dengan lingkungan.
Upaya tersebut, lanjut dia, juga sejalan dengan program pemerintah setempat yakni kebijakan ramah lingkungan (pro-enviroment) disamping empat program lain di antaranya kebijakan untuk budaya (pro-culture), kebijakan pertumbuhan ekonomi (pro-growth), pengentasan kemiskinan (prp-poor) dan penyediaan lapangan pekerjaan (pro-job).
"Kerja sama ini merupakan langkah maju untuk kami bergerak cepat. Ini sangat `inline` (beriringan) dengan filosofi pembanunan kita di Bali," ucap Pastika. (WDY)