Denpasar (Antara Bali) - Ide pembuatan produk unik untuk perawatan kulit dengan brand Djava Kalinga yang dirintis di Semarang, Jawa Tengah, tahun 1995, berangkat dari khasiat aneka bahan makanan dan rempah-rempah yang ada di dapur rumah tangga.
Rancangan formula perawatan kulit itu dikerjakan secara hati-hati, menggunakan bahan yang bisa dimakan seperti padi-padian (grains), asam jawa, susu sapi murni, minyak zaitun, garam dan bunga-bungaan yang biasa dipakai untuk perawatan pengantin Jawa.
"Proses produksi kami sangat 'go green', menggunakan bahan-bahan segar yang diolah dengan tumbukan tradisional dan beberapa rempah memakai mesin pengolah sederhana," tutur Dra "Uckie" Sri Rejeki, salah seorang pemilik dan pengelola usaha keluarga tersebut.
Dalam penjelasan yang disampaikan kepada ANTARA di Denpasar, Sabtu, disebutkan bahwa metode pengeringannya juga hanya mengandalkan sinar matahari, sehingga tidak akan mengubah warna maupun aroma wangi dan berkhasiat dari bahan tetumbuhan tersebut.
Uckie bersama keluarganya merintis mengembangkan produk lulur primitif tersebut setelah menjadi penyiar berita berbahasa Inggris pada Pro 1 RRI Semarang tahun 1991 - 1994, kemudian menekuni profesi reporter di Pro 2 RRI Semarang hingga 1997.
"Sejak kecil saya biasa ikut nenek saat merias dan merawat kulit pengantin sebelum duduk di pelaminan. Bagi saya perawatan kecantikan dan kulit itu sesuatu yang mutlak buat semua wanita," ucap wanita yang berpengalaman menjadi manajer humas serta manajer penjualan, pemasaran dan komunikasi di sejumlah hotel berbintang empat dan lima.
Berbekal pengalaman membantu nenek membuat lulur tradisional, bedak penghalus kulit dan merawat calon pengantin, ia bersama adiknya yang ketiga, Indah, kemudian berinisitif mengembangkan usaha dengan brand Djava Kalinga pada tahun 1995 setelah neneknya wafat.
"Proses produksinya cukup dilakukan oleh keluarga dan beberapa tetangga yang membantu sejak awal kami membuat bubuk lulur kecantikan khas Jawa ini. Ayah saya bertugas memimpin proses produksi aneka bahan. Dari memilih bahan hingga proses penumbukan dan mengambil sari pati dari bunga-bunga dan dedaunan wangi," ucap putri pertama pasangan Moehadi (73) dan Moelyaningsih (71).
Djava Kalinga, kata wanita yang kini menjadi konsultan pelatihan dan komunikasi pemasaran alas kaki Andre Valentino & Studio Nine itu, menjadi salah satu produk kecantikan kulit di Indonesia yang sama sekali tidak menggunakan pengawet kimia, sehingga wanita berkulit peka sekalipun berani menggunakannya.
"Produk yang kami buat dengan mengembangkan resep yang berasal dari nenek ini bisa langsung dibuktikan bahwa semuanya terbuat dari bahan yang berasal dari dapur yang aman dimakan," kata Uckie yang juga pernah menjadi pengajar khusus program ekstensi Fakultas Sastra untuk PR Correspondence di Universitas Diponegoro, Semarang.
Ide sederhana mengembangkan produk lulur primitif itu diwujudkan Uckie dan Indah bersama keluarganya sekitar tahun 1995, beberapa saat setelah sang nenek, Ny Masayu Karyati Margihardjo, meninggal dunia. "Bisa dibilang kami mengembangkan warisan ilmu perawatan kecantikan tradisional dari nenek dan ilmu jamu-jamuan tradisional Jawa dari nenek buyut kami," ucapnya.
Dua wanita ini lalu menambah berbagai pengetahuan dari ensiklopedia kecantikan dunia dari abad XVII. "Respons atas produk kami dari teman-teman sangat luar biasa. Dari hari ke hari kami terus mengembangkan produk perawatan yang sangat berharga bagi kaum wanita," ujarnya.
Dengan semakin banyaknya pesanan dari teman-teman pemerhati "ngudi salira" serta relasi, Uckie bersama Indah mulai berani memasarkan Djava Kalinga ke berbagai industri spa di Surabaya, kemudian merambah Bali, Jakarta, Balikpapan, Makassar, hingga Medan. "Kami terus melayani segmen pasar kaum wanita yang setiap hari selalu ingin tampil secantik pengantin," ucap Uckie.
Dengan slogan "Not Just A Day" atau "tidak hanya sehari saja (saat jadi pengantin)", Djava Kalinga semakin diminati oleh kaum wanita yang ingin memiliki kulit halus dan bersih dalam arti yang sesungguhnya.
Dalam perjalanan pembuatan produk tahun 1995-1998, Djava Kalinga pernah mengembangkan layanan perawatan "home to home" bagi ibu-ibu dan putri mereka. "Namun karena permintaannya cukup banyak, akhirnya kami menciptakan produk dalam bungkus kertas kecil yang dipasarkan ke butik suvenir di beberapa kota besar di Indonesia," ujar Uckie.
Seiring kemajuan yang dicapai, Djava Kalinga yang sejak awal mengembangkan produk ramah lingkungan, tahun 1999 mulai ditampilkan di berbagai pameran produk kecantikan di dalam dan luar negeri sebagai pelengkap produk tradisional dari Indonesia.
Menurut dia, saat ini khasiat produknya sudah dikenal dan diminati kaum wanita di berbagai pusat layanan spa di Indonesia, terutama para wanita pemerhati kehalusan dan kecerlangan kulit dalam segmen tersendiri.
Djava Kalinga kini tidak hanya memproduksi Lulur Primitif dan Javanese Flowers Body Scrub dari bahan bunga dan daun-daunan berkhasiat untuk kecantikan kulit, namun juga baru meluncurkan produk untuk wanita-wanita cantik di Indonesia.
Produk baru Flower & Salt Bath Scrub dengan remah kelopak mawar, Therapeutic Oils, Secretful Olive Oil Combo yang terdiri lima item dalam paket "Your Secret Javanese Doors" itu dijual seharga Rp457.000.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Uckie yang menangani pemasaran atau Indah yang mengurusi penjualan, melalui email djavakalinga_lulurprimitif@yahoo.com atau ke nomor telepon seluler 081901078818.(*/T007)