Denpasar (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat, Perancis pembeli aneka hasil kerajinan dan matadagangan nonmigas Bali seharga 7,8 juta dolar AS, nilai terbesar diantara pembeli di negara kawasan Eropa, selama empat bulan periode Januari-April 2015.
"Cukup stabil perdagangan luar negeri daerah ini, khususnya ke Perancis sebab konsumen di negeri itu menyenangi kerajinan jenis unik dan antik," kata Ni Nyoman Kusuma, pengusaha dan eksportir aneka kerajinan Bali, di bengkel kerjanya di Gianyar Jumat.
Ia mengatakan, beberapa jenis barang lancar pengapalannya ke negeri Eropa itu antara lain aneka jenis perabotan rumah tangga, yang dibuat berbahan baku kayu, berbagai jenis pakaian jadi bukan rajutan dan kerajinan berbahan baku kulit.
Nyoman Kusuma mengatakan, lancar perdagangan aneka barang kerajinan ke Perancis tentu berkat berkembangkan sektor pariwisata, karena semakin lancar transportasi udara, wisatawan asing asal Perancis dan Eropa lainnya akan semakin ramai berliburan ke Pulau Dewata.
Masyarakat Perancis yang datang berlibur ke daerah ini, tentu ada di antaranya pebisnis yang akan melakukan pemesanan atau membeli langsung aneka jenis hasil kerajinan sebagai barang aksesori maupun akan dijual kembali setelah di negerinya.
Banyak pengusaha luar negeri membeli aneka barang kerajinan khas Bali untuk dijual kembali di negerinya, ujar pengusaha usia muda itu sambil menyebutkan, konsumen Perancis membeli terbanyak aksesoeri asal Pulau Dewata diantara 26 negara pembeli di kawasan Eropa.
BPS Bali dalam laporannya menyebutkan bahwa Perancis merupakan negara pembeli aneka barang kerajinan dan nonmigas Bali lainnya pada urutan enam besar, setelah Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Australia dan Hogkong.
Masyarakat Perancis yang memiliki kesenangan terhadap aneka kerajinan jenis antik dari Bali mengimpor seharga 7,8 juta dolar selama empat bulan I-2015, naik 4,74 persen dari periode yang sama 2014 hanya seharga 7,5 juta dolar.
Konsumen asal Spanyol ada diurutan kedua pembeli terbanyak di kawasan Eropa, barang kerajinan Bali dan nonmigas lainnya ke negeri itu seharga 7,4 juta dolar selama Januari-April 2015, kemudian Belanda dan Inggris masing-masing bernilai 4,9 juta dolar.
Ramainya masyarakat Eropa melakukan perjalanan wisata ke Pulau Dewata, dapat dipastikan akan berpengaruh besar terhadap perdagangan luar negeri Bali ke kawasan itu terutama barang cenderamata dan hasil pertanian lainnya. (WDY)