New York (Antara Bali) - Harga minyak global naik pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena koalisi yang dipimpin Arab Saudi memperpanjang serangan udara di Yaman, memicu kekhawatiran baru tentang pasokan Timur Tengah yang kaya minyak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, naik 1,58 dolar AS menjadi ditutup pada 57,74 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, patokan global, melompat 2,12 dolar AS menjadi menetap pada 64,85 dolar AS per barel di perdagangan London.
"Pasar mungkin menarik dukungan dari dimulainya kembali serangan udara Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi di Yaman, karena meningkatnya risiko geopolitik membantu mengimbangi data PMI (indeks pembelian manajer) yang lebih lemah dari perkiraan dari Tiongkok dan zona euro," kata Tim Evans dari Citi Futures.
Yaman bukan negara penghasil minyak utama, tetapi pantainya yang membentuk satu sisi Selat Bab el-Mandeb, merupakan pintu masuk strategis penting ke Laut Merah yang mengirimkan sekitar 4,7 juta barel minyak setiap hari di kapal-kapal menuju ke atau dari Terusan Suez.
"Peningkatan ketidakstabilan di sekitar Bab el-Mandeb bisa menahan kapal-kapal tanker di Teluk Persia untuk mencapai Terusan Suez atau Sumed Pipeline, mengalihkan mereka ke sekitar ujung selatan Afrika, menambah waktu transit dan biaya," Departemen Energi AS memperingatkan dalam sebuah laporan, Kamis. "Selain itu, arus minyak ke selatan Eropa dan Afrika Utara bisa tidak lagi mengambil rute langsung ke pasar Asia melalui Terusan Suez dan kemudian ke Bab el-Mandeb." (WDY)