Perpaduan sawah yang berundak-undak, lembah, pesisir pantai dan gunung merupakan panorama alam yang menambah daya tarik Bali, di samping keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakatnya secara turun temurun.
Padahal, Bali hanyalah sebuah pulau kecil dengan luas 5.632,86 kilometer persegi atau 0,29 persen dari luas Nusantara, namun memiliki kelengkapan unsur, mulai dari empat danau, ratusan sungai, gunung dan kawasan hutan yang menghijau dan lestari.
Keanekaragaman seni budaya serta kegiatan ritual yang kokoh dalam hidup keseharian masyarakat Pulau Dewata, selain menambah daya tarik, juga menjadi inspirasi bagi seniman, termasuk orang asing untuk menghasilkan karya seni yang bermutu dalam bidang tabuh, tari, seni sastra, lukisan maupun untuk menulis buku.
Dengan demikian wisatawan mancanegara yang berulang kali menghabiskan liburan di Pulau Seribu Pura tidak pernah merasa bosan dan jenuh, karena selalu akan menemukan suasana baru serta atraksi yang unik dan menarik untuk dinikmati.
Atas kondisi yang demikian itulah kini Bali kembali meraih penghargaan yakni "The Best Destination" dari C-Trip, sebuah online marketing wisata paling berpengaruh di Tiongkok, ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan persnya di Jakarta.
C-Trip setiap tahun menggelar `event` Top 10 Best Tourism Destination Network Selection and Award Ceremony.
Pada acara pemberian penghargaan 2014, C-Trip memberikan dua penghargaan kepada Bali, yakni sebagai "Best Island Tourist Destination", dan "Best Overseas Tourism City".
"Kita harapkan penghargaan ini akan mendorong semakin banyak wisatawan mancanegara khususnya dari Tiongkok ke Indonesia pada tahun ini dan mendatang," kata Menteri Arief Yahya.
Acara pemberian penghargaan berlangsung di Kota Lijiang, Provinsi Yunnan pada Senin (10/1) yang dihadiri sejumlah pejabat pemerintah RRT, pelaku bisnis pariwisata, serta media.
Pengamat pariwisata Bali, Tjokorda Gde Agung menyambut baik penghargaan tingkat internasional itu, karena akan menjadi modal untuk mempengaruhi minat masyarakat Tiongkok untuk lebih banyak berwisata ke Pulau Dewata.
Turis Tiongkok dapat dipastikan akan lebih banyak lagi datang ke Bali, mengingat pemerintah Indonesia memberikan kemudahan terutama dalam program bebas visa bagi masyarakat Tiongkok ke Indonesia bersama empat negara lainnya.
Selain itu Garuda Indonesia, perusahaan penerbangan nasional negeri ini, memusatkan perhatian terhadap lintasan penerbangan Tiongkok-Denpasar, Bali, mulai Januari 2015, sehingga mampu mempermudah merealisasikan niat turis Tiongkok ke Bali.
Turis asal Tiongkok yang berlibur ke Bali saat ini saja persentasenya meningkat paling tinggi dari pada pelancong mancanegara lainnya ke Bali, ujar Tjok Gde Agung.
Data resmi kedatangan turis asing ke Bali, sesuai catatan Dinas Pariwisata Bali menyebutkan, persentase peningkatan turis Tiongkok ke Bali tertinggi yakni mencapai 49,25 persen, yakni dari 361.311 orang menjadi 539.252 orang selama Januari November 2014.
Kehadiran wisatawan asal Tiongkok tersebut memiliki andil 15,77 persen dari seluruh turis asing ke Pulau Dewata periode sebelas bulan I-2014 sebanyak 3,4 juta orang, atau menempati peringkat kedua setelah Australia 893.873 orang.
Terjalin sejak lama
Tiongkok-Indonesia, khususnya dengan Bali telah terjalin hubungan kerja sama sejak abad XII. Sisa-sisa hubungan akrab itu di Pulau Dewata hingga sekarang masih berbekas yang menjadi saksi bisu.
Sisa-sisa hubungan yang akrab dan harmonis dua negara yang diwarisi hingga sekarang itu antara lain dalam bentuk pementasan kesenian, tempat suci, maupun arsitektur bangunan yang bercirikan khas negeri Tirai Bambu itu.
Bahkan penggunaan uang Tiongkok (pis bolong) dalam berbagai ritual keagamaan bagi umat Hindu di Pulau Dewata hingga sekarang masih berlaku. Akulturasi seni budaya negara itu dengan seni budaya Bali terjadi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat.
Akultutasi seni budaya Tiongkok dengan seni budaya Bali menyangkut berbagai aspek kehidupan, namun sulit dibayangkan prosesnya karena sudah terjadi beberapa abad yang silam.
Akulturasi itu antara lain menyangkut proses berkesenian dan berbudaya masyarakat yang dapat dibuktikan antara lain dalam tari baris China, Patra China, barong landung dan penggunaan uang kepeng (pis bolong) perlengkapan berbagai ritual dan adat di Bali.
Peradaban bangsa Tiongkok sebelum Masehi lebih tinggi dari masyarakat Bali, sehingga secara hipotesis, masyarakat yang peradabannya lebih rendah akan mengadaptasi ilmu pengetahuan maupun teknologi dari berperadaban lebih tinggi.
Untuk itu Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan citra pariwisata Pulau Dewata dapat lebih membaik dalam pandangan masyarakat Tiongkok, menyusul telah dibukanya kantor konsulat Negeri Tirai Bambu itu di Pulau Bali.
Konsulat Jenderal Tiongkok dibuka di Bali sejak 8 Desember 2014, dengan harapan dapat menjadi jembatan kerja sama yang baik antara Indonesia, khususnya Bali dengan Negeri Tirai Bambu itu.
Konsul Jenderal Tiongkok untuk Bali, Hu YinQuan mengharapkan adanya kerja sama yang dibangun Tiongkok dengan Bali dapat memberikan manfaat dan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Ia mengharapkan segala permasalahan yang muncul dapat diselesaikan dengan baik dan tidak menimbulkan ketegangan.
Peran orang asing
Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi menambahkan, dikenalnya Bali oleh masyarakat dunia awalnya dipromosikan oleh orang asing.
Lewat tulisan, buku, karya seni, pementasan tabuh dan tari Bali ke berbagai negara di belahan dunia sejak 1930 jauh sebelum Indonesia merdeka, mampu mencitrakan Bali hingga dikenal masyarakat mancanegara.
Miguel Covarrubias, seorang penulis, pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko misalnya pada tahun 1930 sempat menetap di Bali dan menulis buku berjudul "Island of Bali".
Walter Spies dan Miguel Covarrubias, dua warga negara asing yang "melarikan diri" dari Eropa pada Perang Dunia Pertama bertemu di Bali yang akhirnya menemukan ketenangan dan kedamaian. Mereka lewat keahliannya masing-masing memperkenalkan pesona seni budaya dan tari Bali kepada dunia barat hingga akhirnya pariwisata Bali berkembang pesat seperti sekarang.
Oleh sebab itu orang Bali termasuk para pendatang dari luar Bali perlu memahami dengan baik tentang istilah cakra yadnya yang dalam implementasinya sejalan dengan konsep karma yoga dalam ajaran Agama Hindu yang dianut oleh warga desa adat (perkraman) di Pulau Dewata.
Karma yoga merupakan ajaran yang menuntun umat Hindu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup melalui aktivitas kerja yang dilandasi hati suci dan tulus iklas.
Oleh karena itu, aktivitas kepariwisataan yang berkembang pesat dan keagamaan sebagai suatu wujud kerja yang dilandasi dengan hati suci dan tulus ikhlas akan melahirkan kesejahteraan serta terjaganya religiusitas tanah Bali.
Sesuai konsep "Tri Hita Karana" (THK) hubungan yang harmonis dan serasi sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang melandasi kehidupan Desa Adat di Bali, maka penghasilan yang diterima dari pariwisata juga dimanfaatkan untuk kepentingan pelaksanaan ritual dan pemugaran tempat suci, sehingga makna religius tetap terpelihara. (WDY)
Pulau Dewata Kembali Raih Penghargaan
Minggu, 25 Januari 2015 5:25 WIB