Denpasar (Antara Bali) - Bali menghasilkan devisa sebesar 2,03 juta dolar AS dari ekspor udang (lobster) selama sepuluh bulan periode Januari-Oktober 2014, naik 87,95 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 1,08 juta dolar AS.
"Sedangkan dari segi volume meningkat 77,98 persen dari 48,73 ton pada sepuluh bulan 2013 menjadi 86,74 ton dalam kurun waktu yang sama 2014," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, dari segi volume dan perolehan devisa mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan, namun perannya masih relatif kecil yakni 0,48 persen dari total ekspor daerah ini yang mencapai 421,50 juta dolar AS.
Pengapalan udang merupakan salah satu dari sembilan matadagangan hasil perikanan dan kelautan yang seluruhnya menghasilkan 91,43 juta dolar AS, selama sepuluh bulan tahun 2014.
Perolehan devisa itu menurun 2,78 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 94,05 juta dolar AS, sehingga mampu memberikan kontribusi sebesar 21,69 persen dari total ekspor Bali.
Delapan jenis matadangan hasil perikanan dan kelautan yang menembus pasaran luar negeri paling banyak adalah ikan tuna dalam bentuk segar dan beku sebesar 63,47 juta dolar AS, meningkat tipis hanya 0,03 persen dibanding kurun waktu yang sama tahun sebelumnya tercatat 63,45 juta dolar AS.
Ikan tuna tersebut merupakan hasil tangkapan nelayan dan kapal-kapal besar yang dioperasikan sejumlah perusahaan yang bermangkal di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, namun wilayah oprasionalnya di perairan Indonesia, khususnya Indonesia timur.
Komoditas hasil perikanan lainnya yang menembus pasaran ekspor adalah ikan lainnya sebesar 11,77 juta dolar AS, merosot 5,08 persen dibanding kurun waktu yang sama tahun sebelumnya 12.40 juta dolar AS.
Selain itu juga ikan kerapu menghasilkan 8,15 juta dolar AS juga menurun 7,90 persen dibanding kurun waktu yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 8,85 juta dolar AS.
Demikian juga ekspor ikan hias hidup menghasilkan 2,71 juta dolar AS, ikan kakap 3,13 juta dolar AS, kepiting 87.156 dolar AS dan sirip ikan hiu 49.540,70 persen.
Dua jenis matadagangan lainnya yakni rumput laut dan ikan nener tidak lagi menembus pasaran ekspor, padahal tahun-tahun sebelumnya kedua jenis matadangangan itu cukup potensial, ujar Panasunan Siregar.
Jepang tetap menjadi pasaran potensial ekspor ikan dan udang dari Bali yang menyerap 24,53 persen, menyusul Amerika Serikat 21,08 persen.
Selain itu pasaran Thailand menampung 12,25 persen, Australia 6,56 persen, Singapura 1,85 persen, Tiongkok 6,47 persen, Hong Kong 3,75 persen, Inggris 0,52 persen dan Jerman 0,85 persen.
Sedangkan sisanya 22,34 persen diserap oleh berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena ikan dan udang hasil produksi Bali mampu bersaing di pasaran ekspor. (WDY)