Denpasar (Antara Bali) - Perajin Bali mengimpor mutiara, batu permata dan logam mulia untuk bahan baku perhiasan dan setelah menjadi barang kemudian diekspor kembali memenuhi permintaan konsumen mancanegara.
Pemesan perhiasan dari luar negeri selain membawa rancangan juga termasuk bahan baku berupa perak, permata dan sebagainya sedangkan kami hanya mengerjakan saja, tutur Made Muliarta perajin perak asal Gianyar Minggu.
Pengusaha Bali mengimpor bahan baku perhiasan dalam jumlah yang disesuaikan dengan pertumbuhan atau pesanan yang dilakukan mitra bisnisnya dari luar negeri, yang nantinya hampir sepenuhnya untuk matadagangan ekspor.
Batu permata ada didatangkan dari Thailand, Eropa dan sebagainya, namun perhiasan berbahan baku perak yang dipadukan dengan emas banyak menggunakan batu permata dalam negeri yang didatangkan dari Kalimantan dan Sumatera.
Bank Indonesia Denpasar, dalam laporan kajian ekonomi regional Bali menyebutkan, impor berbagai jenis permata tersebut meningkat hampir setiap bulannya sehingga dalam kurun waktu empat bulan I-2010 mencapai 44,4 juta dolar AS.
Impor salah satu komponen perhiasan yang memanfaatkan rancangan yang dipadukan dengan seni lokal itu meningkat dari seharga 870 ribu dolar Januari 2010 menjadi 1,1 juta dolar (Pebruari) dan Maret 1,7 juta dolar.
Permintaan bahan baku aksesori tersebut meningkat sejalan semakin membaiknya perekonomian internasional sehingga pesanan akan barang aneka perhiasan dari Bali untuk konsumen mancanegara bertambah tahun 2010.
Jika dibandingkan realisasi ekspor matadagangan sejenis, Bali mengelami surplus hingga 18 juta dolar dalam Januari-April 2010, karena perolehan devisanya mencapai 22,1 juta dolar yang sebagian besar dibeli konsumen AS, Eropa dan Australia.
Made Muliarta mengatakan, tidak saja turis asing yang senang perhiasan yang diisi permata dan logam mulia pelancong nusantara juga banyak mengoleksi aksesori yang dibubuhi batu permata yang konon memiliki kasiat tertentu.
Permata dan batu mulia yang diperlukan perajin Bali khususnya pengusaha perak jauh lebih banyak daripada realisasi impor, karena banyak dibeli dari produksi dalam negeri dengan kualitas yang baik, kata Made.(*)