Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk membantu usaha kecil menengah (UKM) di tanah air menembus pasar global.
“Kami konversi informasi apa pun itu dengan AI atau chatboard, dan sekarang UKM itu bisa akses informasi misalnya terkait ekspor menggunakan WhatsApp,” kata Ketua Kadin Indonesia Arsjad Rasjid di sela panel diskusi Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multi-Pihak dan Forum Indonesia-Afrika (IAF), di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa.
Ia menjelaskan pihaknya memiliki kanal digital Wiki Ekspor yang menjadi program kewirausahaan yang menjadi ekosistem mempromosikan pengembangan lebih lanjut UKM di tanah air.
Dalam platform itu, pihaknya membantu agar pelaku UKM dapat melakukan ekspor, di antaranya untuk pasar Jepang dengan memberikan opsi bahasa Jepang dan Indonesia untuk memudahkan proses komunikasi.
Tak hanya itu, kata dia lagi, pihaknya juga membantu pergudangan untuk menampung produk UKM ke luar negeri melalui “trading house”.
Baca juga: Kadin ingin KTT AIS Forum 2023 bisa perkuat program ekonomi biru
“Kami melakukan intervensi dengan membuat Indonesia Trading House, sehingga UKM bisa menyimpan barangnya di gudang untuk dipasarkan ke luar negeri. Ini yang kami lakukan di platform Wiki,” ujarnya pula.
Selain itu, pelaku UKM dilibatkan dalam ekosistem perdagangan daring melalui e-niaga serta mendirikan sekolah ekspor untuk memudahkan pelaku usaha kecil itu memahami seluk beluk ekspor.
“Hal lainnya kami berikan penghargaan agar ada kompetisi, sehingga semua terdorong untuk melakukan ekspor. Ini cara kami mendukung mereka (UKM) menjadi bagian rantai pasok global,” ujarnya lagi.
Sebelumnya, Kadin Indonesia menyebutkan program Wiki ekspor membawa pelaku UMKM berorientasi ekspor mengikuti proses bisnis pada 2023 dengan menghasilkan transaksi sebesar 1 juta dolar AS atau sekitar Rp16,1 miliar.
Meski begitu, ia menekankan UKM memiliki tantangan di antaranya menciptakan produk yang ramah lingkungan untuk menembus pasar lebih luas, di antaranya Eropa.
Pada saat yang bersamaan, lanjut dia, UKM masih belum banyak yang dapat beradaptasi dengan persyaratan tersebut.
“Kami sepakat produk hijau itu penting. Untuk perusahaan besar di Indonesia, itu cukup mudah beradaptasi. Melainkan untuk UKM adaptasi itu cukup menantang,” katanya lagi.
Baca juga: Anggota DPD: Pengusaha Bali ambil peran strategis tentukan pemimpin daerah