New York (Antara Bali) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinominasikan sebagai calon pimpinan dari Global Green Growth Institute (GGGI) menggantikan mantan PM Lars Rasmussen dan akan diumumkan dalam pertemuan tahunan organisasi itu pada November 2014 di Seoul.
Dalam sebuah acara yang berlangsung di Conference Building Markas Besar PBB di New York, Selasa (23/9) petang waktu setempat atau Rabu (24/9) pagi waktu Jakarta, Presiden Yudhoyono diharapkan dapat memimpin organisasi tersebut untuk masa dua tahun mendatang sebagai "Chair of Council" dan "President of Assembly" dari GGGI.
Presiden Yudhoyono dalam sambutannya mengatakan ia menghargai keterpilihannya untuk dinominasikan sebagai pimpinan GGGI dan bersedia dinominasikan untuk posisi tersebut.
Presiden Korea Selatan Park Geun-hye hadir dalam acara tersebut. Dalam sambutannya ia mengatakan menghargai ketetapan GGGI untuk memilih Seoul sebagai kantor pusat dan mengharapkan bisa terus bekerjasama dan saling berkontribusi dengan GGGI.
Presiden Park juga menghargai nominasi yang diberikan pada Presiden Yudhoyono dan mengharapkan pada waktunya nanti Presiden bisa memimpin GGGI dan bekerjasama untuk mewujudkan visi dan misi organisasi tersebut.
Sementara itu mantan PM Lars Rasmussen yang hadir dalam pertemuan bertajuk "Leaders gathering" itu mengatakan rasa terima kasihnya kepada segenap staf GGGI yang selama beberapa waktu ini telah bekerjasama mencapai visi dan misi GGGI.
Ia berharap Presiden Yudhoyono bisa menggantikan posisinya dan membuat GGGI bekerja lebih baik lagi.
Global Green Growth Institute merupakan organisasi internasional yang bergerak mendorong pengembangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Organisasi itu membantu memberikan asistensi pada negara-negara berkembang dan negara yang tumbuh untuk merumuskan bagaimana pembangunan yang berlandaskan ramah lingkungan.
GGGI juga memberikan asistensi bagi program kerjasama pemerintah dan swasta agar berwawasan lingkungan.
Organisasi itu memiliki kantor pusat di Seoul, Korea Selatan dengan wilayah operasi di lima benua dengan 20 negara anggota organisasi itu antara lain Norwegia, Denmark, Qatar, Tiongkok, Indonesia, serta sejumlah negara lainnya. (WDY)