Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah petani di di Kintamani, Bangli, Bali, mulai menanam kayu albesia karena dinilai memiliki prospek yang menjanjikan, selain disebabkan harganya yang mmahal juga sedang dicari para pembeli.
Seperti yang dikatakan, Nyoman Budi (40) salah seorang petani di Desa Dausa, Kintamani Bangli, Selasa, dirinya mengaku tertarik mengembangkan jenis kayu tersebut karena belakangan ini harga kayu tersebut cukup mahal dan banyak dicari pembeli.
"Kayu jenis ini sangat laris di pasaran, sehingga saya berminat untuk mengembangkan kembali kayu jenis albesia," katanya.
Ia menyebutkan, selain tergiur dengan harganya yang cukup mahal, dirinya juga mengatakan bahwa waktu panen kayu tersebut relatif singkat dalam waktu tiga hingga lima tahun kayu tersebut sudah dapat dijual.
Selain jenis albesia, beberapa jenis kayu lainnya yang memiliki waktu panen singkat juga banyak ditanam oleh petani setempat seperti kayu jimas, singon dan jenis kayu lainnya.
Dikatakan dirinya dan petani lainnya di daerah itu sudah mulai mengembangkan jenis kayu tersebut sejak setahun lalu. Menurutnya beberapa petani di situ ada yang menanam kurang lebih 200 hingga 500 pohon, yang biasanya ditanam pada musim hujan.
Senada dengan Budi, beberapa petani lainnya juga mengatakan alasan yang sama. Dipilihnya jenis kayu tersebut dikarenakan prospeknya yang cukup menjanjikan, di samping sebagi bahan kerajinan juga banyak dicari sebagai bahan bangunan rumah.
"Keberadaan kayu jenis itu semakin langka dan banyak dicari pembeli, oleh sebab itu saya tertarik mengembangkan tanaman jenis kayu ini," kata petani lainya, Ketut Budayasa (25).
Menurut petani yang mengaku memiliki satu hektar kebun kopi itu, ia menanam ponon kayunya di sela-sela pohon kopi miliknya. Dengan jarak dua kali dua meter dan saat ini dirinya mengaku telah menanam sekitar 200 pohon dan berencana akan menambah tanaman itu tahun depan.
Namun untuk mencapai panen yang diinginkan, mereka para petani masih sering mendapat kesulitan dalam menghilangkan penyakit busuk batang pada kayu jenis albesia yang sering disebut penyakit "gondokan".
"Sering sekali ketika kayu sudah besar, penyakit busuk batang muncul sehingga kayu tersebut menjadi lapuk dan berangsur mati," ujar petani yang berperawakan jangkung itu.
Para petani berharap, pemerintah dalam hal ini dinas pertanian dapat memberikan solusi terkait cara menanggulangi penyakit pohon kayu tersebut. Sehingga para petani tidak akan bosan untuk menanam kembali jenis kayu tersebut.(*)
Petani Kintamani Kembangkan Kayu Albesia
Selasa, 10 Agustus 2010 19:36 WIB