Jakarta (Antara Bali) - Tim Transisi Jokowi-JK menjadwalkan bertemu Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) untuk meminta usulan kedua lembaga itu atas upaya
pembentukan rezim anti-korupsi pekan depan.
"Minggu depan kami
akan ke KPK dan PPATK, untuk melihat usulan mereka atas rezim
anti-korupsi," kata Deputi Tim Transisi, Andi Widjajanto di Rumah
Transisi, Selasa.
Dia mengatakan Jokowi-JK berupaya menciptakan
sebuah sistem rezim anti-korupsi dalam kabinetnya, untuk memastikan
pejabat publik yang bersih.
"Ada kriteria dasar bagi menteri Pak Jokowi nanti, yaitu harus memenuhi ketentuan rezim anti-korupsi," ujar Andi.
Andi
mengatakan terkait keputusan Jokowi menyediakan 16 pos kementerian bagi
kader parpol, jajaran Tim Transisi memandang hal itu sebagai pekerjaan
rumah partai politik.
Menurut dia, dengan keputusan itu partai
politik harus mampu menyeleksi kader yang menjadi menteri agar mampu
bekerja profesional.
"Selain itu tentu harus ada uji loyalitas.
Loyalitas menteri harus kepada presiden dan untuk rakyat, bukan untuk
partai politik. Jadi disini tanggung jawab akan lebih besar dari partai
politik," nilai dia.
Pada Senin (15/9), Presiden terpilih Joko
Widodo (Jokowi) mengumumkan 16 menteri dalam kabinetnya kelak akan
dijabat oleh para profesional yang berasal dari partai politik.
"Kita
sudah memutuskan kementerian ada 34, yang pembagian menterinya nanti
akan diduduki oleh 18 profesional (non-partai politik) dan 16
profesional berasal dari partai," kata Jokowi di Rumah Transisi.
Mantan
Wali Kota Solo itu tidak menyebutkan alasan spesifik mengapa dirinya
memutuskan 16 menterinya akan dijabat oleh kader partai. Dia juga tidak
menyebutkan bakal terdiri dari kader partai mana saja 16 menterinya
kelak.
Sementara itu untuk 18 menteri dari kalangan profesional
nonparpol, Jokowi mengatakan diantaranya akan mengisi Kementerian
Keuangan, Kementerian BUMN dan Kementerian ESDM.
Lebih jauh
Jokowi membeberkan dirinya akan tetap dibantu oleh tiga Kementerian
Koordinator, dan sedikitnya seorang wakil menteri yang dinilainya masih
diperlukan keberadaannya di Kementerian Luar Negeri.
Jokowi enggan merinci nama-nama 34 kementeriannya itu. Menurut Jokowi, ada sejumlah nama kementerian yang belum final.
Jokowi
sempat menerima pertanyaan mengapa dirinya seolah sudah membagi jatah
menteri untuk 16 kader partai politik, meskipun nama-nama kementeriannya
belum selesai.
Menjawab ini Jokowi mengaku ingin memastikan lebih dulu seluruh pembantunya di kabinet berisi orang-orang profesional.
"Ini pembagiannya agar semua dari profesional, cuma yang nonparpol lebih banyak," ujar Jokowi. (WDY)
Tim Transisi Jadwalkan Bertemu KPK Pekan Depan
Selasa, 16 September 2014 14:12 WIB
Minggu depan kami akan ke KPK dan PPATK, untuk melihat usulan mereka atas rezim anti-korupsi,"