Denpasar (Antara Bali) - Pendiri Museum Seni Lukis Klasik Nyoman Gunarsa mengusulkan seni lukis klasik Bali menjadi salah satu warisan budaya dunia (WBD) karena memiliki identitas tersendiri.
"Seni lukis klasik Bali bagian dari karya akademik kuno yang memiliki aturan baku sesuai dengan hukum-hukum lukisan," kata peraih gelar dokter honoris causa di bidang seni lukis itu di Denpasar, Minggu.
Gunarsa memaparkan bahwa seni lukis klasik Bali mampu memancarkan karakter yang khas dan beragam sebagai manifestasi karya seni yang berkarakter melalui penggunaan ruangan dalam bidang-bidang artistik.
Secara kasat mata, jelas dia, ilmu perspektif tidak dipraktikkan, namun mampu menampilkan simbol, atribut, dan warna yang filosofis.
Makna dan nilai simbolik mencerminkan warna berskala lokal dan universal yang kaya atribut, terutama atribut para tokoh yang merefleksikan derajat, kedudukan, dan kebesarannya.
Seni lukis klasik Bali, tambah dia, juga mempunyai sifat reflektif kaya perenungan, olah rasa, meditasi mendalam, dan kaya kearifan lokal yang bersinergi dengan tata nilai nasional dan universal.
Selain itu, seni lukis klasik Bali memiliki narasi yang dalam dan beragam seperti Ramayana, Mahabrata, Tantri, dan Rerajahan.
"Seni lukis klasik Bali juga mampu mengembangkan tiga aspek keilmuan yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi," kata Gunarsa.
Dalam waktu dekat dia akan meluncurkan buku Seni Lukis Klasik Bali berukuran 40 kali 30 centimeter dan tebal 6 centimeter.
Maestro seni lukis yang sukses menggelar pameran di tingkat nasional dan internasional itu berharap buku monumental yang bagian depannya dilapisi perak itu diharapkan bisa menjadi alat diplomasi untuk mendapat pengakuan dari UNESCO.
"Buku itu kami terbitkan dalam edisi khusus dan dicetak terbatas sekitar 500 eksemplar untuk disebarkan ke museum di seluruh dunia, termasuk pemerhati dan pejabat," ujar Gunarsa. (WDY)