Jakarta (Antara Bali) - Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi
mengkhawatirkan kondisi anak sekolah Indonesia yang banyak di antaranya
masih menderita anemia gizi dan berpengaruh terhadap prestasi belajar.
"Dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 ada datayang menyebutkan
26,4 persen anak SD-SMP menderita anemia gizi. Ini berarti makanannya
tidak becus, dan bisa berpengaruh ke kemampuan belajar anak," ujar
Menkes ketika berdialog dengan para pemenang Lomba Sekolah Sehat tingkat
Nasional tahun 2014 di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin.
Menkes menuding kehadiran mi instan sebagai salah satu penyebab anemia gizi.
"Sekarang mi instan itu masuk desa. Anak-anak tidak lagi makan sayur
dan buah, hanya makan mi. Asupan makanannya semua karbohidrat," ujar
Menkes.
Selain menyebabkan kemampuan belajar berkurang, konsumsi makanan
yang kurang bergizi itu akan menyebabkan gangguan kesehatan bagi anak
kelak, antara lain berupa munculnya penyakit tidak menular seperti
diabetes dan gagal ginjal.
Di samping itu, Riskesdas juga melaporkan perilaku beresiko yang
dilakukan oleh kelompok usia anak sekolah seperti merokok yang dilakukan
oleh 18,3 persen anak usia 15--19 tahun, kurang aktivitas fisik pada
35,4 persen anak usia 15-019 tahun, kurang mengkonsumsi buah/sayur pada
95 persen anak usia 13--15 tahun, tidak menggosok gigi dengan benar pada
92,3 persen anak usia 13--15 tahun, dan 80 persen anak usia 13--15
tahun tidak mencuci tangan dengan benar.
Sensus Penduduk 2010 menunjukkan kelompok usia anak sekolah
Indonesia berjumlah sekitar 66 juta jiwa atau 28 persen dari jumlah
penduduk, dengan 46 juta (70 persen) di antaranya bersekolah baik
tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah
atas.(WDY)
26 Persen Murid Sekolah di Indonesia Anemia Gizi
Senin, 18 Agustus 2014 20:39 WIB