Denpasar (Antara Bali) - Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK) Bali berada di bawah pertumbuhan rata-rata nasional sebesar 6,17 persen pada triwulan kedua 2014.
"Dengan demikian, IMK Bali mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) minus 2,53 persen jika dibandingkan dengan IMK triwulan pertama 2014," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Minggu.
Namun, lanjut dia, secara tahunan (yoy) IMK Bali pada triwulan kali ini justru tumbuh positif sebesar 2,52 persen jika dibandingkan dengan IMK triwulan yang sama pada tahun 2013. Akan tetapi, angka pertumbuhan itu pada triwulan ini berada di bawah angka nasional.
Produksi yang dihasilkan perusahaan industri manufaktur besar dan sedang (IBS) pada triwulan kedua 2014 (q-to-q) tumbuh positif sebesar 4,15 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan secara nasional yang mencapai 2,34 persen pada periode yang sama.
Panasunan Siregar menambahkan, jika dilihat secara tahunan (yoy) produksi yang dihasilkan perusahaan IBS Bali pada triwulan kedua 2014 tercatat tumbuh 2,01 persen kendati berada di bawah level nasional yang tumbuh sebesar 4,57 persen.
Perekonomian Bali pada semester pertama 2014 tumbuh sebesar 5,75 persen atau lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional dalam semester yang sama tercatat 5,17 persen.
Meskipun pertumbuhannya lebih tinggi dari angka nasional, menurut dia, masih memerlukan kerja keras dan terasa berat dalam mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi Bali 2014 yang dipatok 6,41 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan itu didorong oleh sektor jasa-jasa sebesar 8,68 persen dengan sumber pertumbuhan tertinggi disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) sebesar 2,40 persen.
Pertumbuhan hampir terjadi di semua sektor, kecuali sektor penggalian dan kontruksi yang berkontraksi masing-masing sebesar 4,06 persen dan 2,79 persen.
Panasunan Siregar menambahkan, selain sektor jasa yang tumbuh menggembirakan, juga disusul sektor keuangan 8,66 persen, PHR 7,47 persen, industri 7,16 persen, sektor angkutan 6,63 persen, serta listrik, gas, dan air bersih (LGA) 5,03 persen.
Sementara itu, sektor pertanian hanya tumbuh 0,50 persen. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan semester pertama 2013, pertumbuhan pada semester ini cenderung melambat karena tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi mencapai 6,38 persen.
Panasunan Siregar mengatakan, berkat pesatnya perkembangan sektor pariwisata, selama tahun 2013, misalnya, pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 6,05 persen. Namun, pertumbuhan itu melambat jika dibandingkan pada tahun 2012 sebesar 6,65 persen.
"Produk domestik regional bruto (PDRB) Bali 2013 menunjukkan bahwa lebih dari 65 persen perekonomian Bali dipengaruhi oleh industri pariwisata dan lebih dari 80 persen dipengaruhi oleh ekspor," ujar Panasunan. (WDY)