Denpasar (Antara Bali) - Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bali menampilkan drama tari berjudul "Ibu Kunti Teguh" berkolaborasi dengan para pejabat satuan kerja perangkat daerah provinsi setempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Sabtu.
Penasihat Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bali Ayu Pastika, usai berperan menjadi Ibu Kunti atau ibu dari Panca Pandawa dalam epos Mahabharata tersebut, mengatakan kegiatan itu sebagai salah satu bagian untuk melestarikan budaya Bali.
"Untuk pementasan ini, kami hanya berlatih sebanyak delapan kali dan bahkan bapak-bapaknya hanya dua kali. Awalnya semua mengatakan tidak bisa, tetapi ternyata setelah pentas, bisa dilihat sendiri ternyata semua bisa menari," katanya.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika usai menyaksikan pementasan itu mengapresiasi pementasan drama tari yang dibawakan oleh Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bali, Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Dekranasda Provinsi Bali, YKI Cabang Bali, BK3S Provinsi Bali, Sanggar Cahya Art, dan pimpinan SKPD Pemprov Bali itu.
"Kegiatan semacam ini menjadi ruang berkreativitas bagi ibu-ibu yang umumnya setiap hari bergelut dengan aktivitas rumah tangga sehingga mudah-mudahan ada penyegaran dalam kegiatan mereka," ujarnya.
Pastika menyebut penampilan mereka dalam drama tari "Ibu Kunti Teguh" itu, sebagai bagus.
"Penampilannya bagus dan saya kaget juga melihat mereka mempunyai kemampuan yang lumayan," ujarnya.
Terkait dengan terselip beberapa program Bali Mandara dalam pementasan itu, kata Pastika, sesungguhnya bukan sengaja digunakan untuk ajang sosialisasi program pemerintah setempat, tetapi lebih pada unsur lucu-lucuan.
Dalam Drama tari "Ibu Kunti Teguh" yang merupakan penggalan salah satu epos besar Mahabharata itu, mengisahkan sosok Ibu Kunti yang merupakan ibu dari Panca Pandawa membimbing para Putra Pandawa dalam membangun dan menyejahterakan rakyat di Kerajaan Indraprasta setelah mereka mendapatkan setengah dari Kerajaan Hastinapura dari Raja Drestarata.
Dalam mewujudkan Kerajaan Indraprasta yang dahulunya adalah hutan Kandawaprasta yang dikuasai oleh para raksasa, kelima Pandawa berjuang dan bekerja keras untuk membuat tanah ibu pertiwi yang dulunya tandus menjadi kerajaan yang indah, bahkan menyamai Kerajaan Indraloka atas bantuan Bagawan Wiswakarma dan Batara Indra.
Kemajuan ini membuat Kurawa iri sehingga berupaya untuk merebut Indraprasta dengan tipu muslihat. Dengan dibantu Sangkuni, akhirnya Kurawa mengajak Pandawa untuk bermain judi dan akhirnya Pandawa kalah serta menyerahkan Indraprasta serta menerima hukuman diasingkan selama 12 tahun dan masa penyamaran selama setahun.
Dalam adegan itu, diselipkan pesan-pesan mengenai bagaimana seorang pemimpin yang harus mampu menyejahterakan masyarakatnya dan pesan-pesan program Bali Mandara, seperti Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), Bedah Rumah, Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri), Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu), beasiswa pendidikan.
Drama tari diselingi juga dengan guyonan-guyonan lucu yang menghibur penonton.
Sosok Ibu Kunti diperankan oleh Nyonya Ayu Pastika sekaligus sebagai sang pencetus ide cerita, Yudhistira diperankan oleh Nyonya Cok Pemayun (istri Sekda Bali) dan Arjuna oleh Nyonya Dayu Sudikerta (istri Wagub Bali). Fragmen tari didukung oleh Dalang Anom Ranuara, IB Purwalaksana, dan tim lainnya serta diiringi oleh Sekaa Gong Gurnita Praja Sasmitha Provinsi Bali.
Pada akhir pergelaran dimeriahkan oleh Tari Kecak Dut yang dibawakan oleh para kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali.
Hadir pula pada kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali I Gusti Bagus Alit Putra, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Cok Pemayun beserta SKPD di lingkungan Pemprov Bali, para pegawai dan masyarakat umum lainnya. (WDY)